Rabu, 22 Oktober 2014

KETRITUNGGALAN ALLAH ATAU TRINITAS



K E T R I T U N G G A L A N   A L L A H   A T A U   T R I N I T A S
Oleh

Y O N A S   B O K Y


BAB I
          PENDAHULUAN
“ PRO DAN KONTRA SEPUTAR DOKTRIN TRINITAS “

LATAR BELAKANG MASALAH
Menyingkapi berbagai persoalan yang timbul dalam perkembangan teologi Kristen saat ini  telah  cukup menimbulkan berbagai pro dan kontra dengan munculnya gagasan-gagasan baru seputar Alkitab yang pada akhirnya mempengaruhi pengajaran yang selama ini dipegang dan diyakini oleh umat Kristen.
Pada kenyataannya telah  menimbulkan kebingungan tersendiri baik yang terjadi dalam masyarakat gereja secara internal maupun secara lebih luas. Salah satu fenomena yang terjadi mulai belakangan ini adalah pengajaran yang memberikan gagasan baru tentang Tritunggal. Tritunggal tidak tertulis dalam alkitab tetapi untuk menjelaskan ketritunggalan Allah yaitu Allah yang terdiri dari tiga pribadi yang bersama dalam satu kekekalan. Banyak sering muncul pertanyaan tentang apakah orang Kristen memiliki tiga Tuhan? hal ini memang sangat sulit untuk dijelaskan karena ini menyangkut dengan iman kepercayaan kita. Dalam menjelaskan konsep trinitas kepada orang yang berbeda keyakinan dengan kita itu akan selalu menimbulkan masalah, konsep Allah dalam paradigma mereka sangat berbeda dengan iman kita. Itulah sebabnya konsep Tritunggal Allah selalu menjadi perdebatan bahkan serangan dari berbagai pihak untuk menggoyahkan iman kita.
Dalam pemahaman orang Kristen pun mengenai Trinitas juga bermacam-macam, sehingga terdapat banyak perbedaan mengenai Allah Tritunggal. Akan tetapi doktrin ini adalah dasar dari iman Kristen kita. Tritunggal adalah konsep yang tidak dapat dipahami oleh manusia secara sempurna karena Allah jauh lebih besar sehingga mustahil kita dapat menjelaskannya. Bapa sebagai Allah, Yesus adalah Allah dan Roh Kudus Allah. Ini membuktikan bahwa hanya ada satu Allah. Satu Allah dalam wujud tiga Pribadi tidak hanya menjadi masalah umat Kristen saja namun menjadi masalah lintas Agama. Menurut umat Islam orang Kristen menganut kaum Politeisme karena umat Kristen mempunyai tiga Tuhan. Masa sebelum reformasi, orang-orang Yahudi pada zaman Tuhan Yesus sangat menekankan kesatuan Allah, penekanan ini terus dipertahankan umat Kristen. Akibatnya adalah bahwa sebagian orang kemudian menyingkirkan perbedaan pribadi-pribadi dalam Allah Tritunggal itu satu persatu, dan yang gagal memberi penjelasan yang sempurna pada keilahian esensial dari pribadi kedua dan ketiga Allah tritunggal[1]
Pendekatan ini lebih bersifat teologis yaitu doktrinal dan bukan kepada suatu teknik apologika. Pengajaran tentang Trinitas adalah suatu pelajaran yang sulit dan kadang membingungkan orang Kristen sendiri dan terutama dalam menghadapi konteks masyarakat yang monoteis[2]. Untuk itu sebagai orang Kristen kita harus memahami ini dengan baik walaupun tidak sempurna untuk dipahami agar kita mudah menjelaskan kepada orang lain sehingga tidak menjadi pertentangan atau penyimpangan.
RUMUSAN MASALAH
Berkenan dengan latar belakang masalah diatas, maka perlu untuk merumuskan masalah-masalah tersebut dalam bentuk pertanyaan.
1.      Apa itu Tritunggal?
2.      Apa kata Alkitab tentang Tritunggal?
MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN
Maksud penulisan makalah ini :
1.      Mengetahui apa itu Tritunggal
2.      Mengetahui tentang apa kata Alkitab tentang Tritunggal




BAB II
PEMBAHASAN
ARTI KATA TRITUNGGAL
Doktrin Allah Tritunggal memang tidak tertulis dalam Alkitab secara Eksplisit, tapi bukan berarti doktrin ini tidak berasal dari Allah. Bapa-bapa gereja menemukan dan akhirnya menyimpulkan dalam kalimat-kalimat lengkap. Pemahaman itu mereka ambil dari penyeledikan Alkitab. Jadi kita hanya akan mengetahui Allah sebatas ia memperkenalkan diri-Nya.
Kata Tritunggal berasal dari bahasa Latin Trinitas yang terdiri dari dua kata, yaitu Tres yang berarti tiga, dan Unus yang berarti esa, tunggal, atau satu. Kata ini akan sulit dimengerti diluar konteks Kekristenan, dan kata ini secara ekslusif hanya digunakan dalam dunia teologi Kristen[3]. Kenapa sulit dimengerti diluar Kristen karena ini menyangkut dengan iman kepercayaan iman kita tentang Tritunggal.
Kata ini memang tidak terdapat dalam Alkitab dan bahwa pertama kali digunakan oleh Theophilus dari Anthiokia di Gereja Timur dalam bahasa Yunani Triados dan Tertulianus dari Gereja Barat dengan istilah Latin Trinitas. Hal ini dilakukan dalam usaha menjelaskan fakta yang terdapat dalam Alkitab mengenai Allah yang Esa yang disebut Bapa, yang memiliki Firman yang disebut Anak dan Roh yang disebut Roh Kudus yang bersifat kekal. Dan juga menerangkan hubungan firman Allah dan Roh Allah itu dengan Allah yang Esa itu sendiri.[4]
            Kata bahasa Inggris “trinity” tidaklah seekspresif dalam bahasa Belanda “ Drie-eenheid” sebab kata itu bisa saja menunjukkan arti tiga tanpa adanya implikasi kesatuan ketiganya.[5] Paham tritunggal yang orthodox akui adalah Sang Bapa adalah Allah, Sang Anak adalah Allah dan roh Kudus adalah Allah. Namun mereka bukan tiga Allah melainkan tiga pribadi dalam satu hakikat[6].  Hal ini membuktikan bahwa Allah bukan tiga tetapi ketiganya memiliki perpaduan menjadi satu Allah. Istilah Trinitas tidak terdapat dalam Alkitab secara tertulis, namun istilah trinitas di ajarkan secara jelas oleh Alkitab. Disatu sisi, Alkitab dengan tegas mengajarkan tentang keesaan Allah (Ulangan 6:4). Disisi lain Alkitab menyatakan keilahian tiga pribadi dari Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus.
APA KATA ALKITAB MENGENAI TRITUNGGAL
            Ketika mempelajari topik ini satu hal yang perlu selalu kita ingat adalah kata “Tritunggal” tidak digunakan dalam Alkitab. Istilah ini digunakan untuk menjelaskan ketritunggalan Allah. Haruslah dimengerti bahwa Tritunggal adalah satu Allah yang terdiri dari tiga pribadi bukan berarti ada tiga Allah. Yang penting adalah bahwa konsep yang diwakili oleh kata Tritunggal ada dalam Alkitab.
1.      Allah itu Esa : Ulangan 6:4; 1 Kor 8:4
2.      Tiga pribadi secara sempurna sejajar, di mana setiap pribadi secara penuh mempunyai keberadaan Ilahi. Di mana nama Roh Kudus sejajajar dengan dengan Bapa dan Anak (Mat 28:19), ketiganya dapat dibedakan sejajar bersama-sama (2 Kor 13:13)[7].
Masih banyak ayat yang membahas tentang Ketritunggalan Allah dalam Alkitab. Dalam Yesaya 48:16 dan 61:1 sang Anak berbicara kepada Roh Kudus. Bandingkan dengan Lukas 4:14-19 untuk melihat bahwa yang berbicara adalalah Allah. Contohnya waktu Yesus di baptis, dalam peristiwa ini Roh Kudus turun keatas Yesus sementara Bapa berbicara menyatakan bagaimana Dia berkenan kepada sang Anak. Dalam Perjanjian baru Yesus berbicara kepada Bapa tentang mengutus Sang penolong yaitu Roh Kudus.  Inilah Tritunggal kudus dalam Allah yang Maha esa yang kepadanyakita percaya, dan disinilah rahasianya dengan menamakan Bapa, Anak dan Roh Kudus. Bapa adalah gelar Bapa itu sendiri, Anak adalah gelar dari Firman Allah yang menjelma menjadi manusia dan Roh Kudus adalah Roh Allah itu sendiri[8]. Allah sudah menyatakan dirinya dalam kedatangan Yesus Kristus dan Roh Kudus.
Dalam Perjanjian Lama tentang Trinitas tidak ada tetapi ada pernyataan, bahwa ada kejamakkan oknum. Sedangkan dalam Perjanjian Baru banyak terdapat tentang Trinitas. Perjanjian Lama menekankan kepada Yahweh sedangkan Perjanjian Baru pada Yesus Kristus (Yes 45:22-23 bd Roma 14:11). Sebutan YHWH juga menyebut Allah Anak, juga menyebut Roh Kudus dalam Trinitas[9]. Hal ini cukup membuktikan kepada kita umat-Nya yang percaya kepada-Nya tidak perlu ragu dengan Doktrin Trinitas ini. Yang perlu kita ketahui bahwa pengetahuan kita tentang Allah sangat terbatas dan tidak dapat melampaui pikiran Allah. 



BAB III
KESIMPULAN
Karena kebenaran ini berasal dari Sang Pencipta, bukan ciptaan, maka harus kita sadari adanya perbedaan dasar antara Pencipta dan yang dicipta. Ketika kita menemukan kesulitan besar di dalam mempelajari dan mengajarkan doktrin ini, hal ini adalah wajar. Doktrin tritunggal memang sulit dipelajari karena melampaui rasio manusia (supra rasional). Tetapi ini bukan berarti bertentangan dengan rasio (kontra rasional).
Doktrin ini memang tidak masuk akal, karena memang melampaui akal. Pada waktu kita mempelajari Tritunggal, kita bukan hanya menyelidiki kesimpulan dogma yang sudah didiskusikan berabad-abad, melainkan juga kita sedang belajar dari Dia, Allah Tritunggal. Allah bukan sekedar obyek penyelidikan kita, melainkan subyek, karena kita harus bersikap rendah hati di hadapanNya. Kita harus kembali kepada Alkitab sebagai sumber pengajaran itu sendiri. Kita tidak perlu mencari pada buku-buku filsafat atau kitab-kitab agama lain, tetapi hanya Alkitab. Doktrin Allah Tritunggal ini memang tidak secara eksplisit tertulis dalam Alkitab, tetapi itu tidak membuat bahwa doktrin ini bukan berasal dari Allah. Dalam pergumulannya bapa-bapa gereja menemukan dan akhirnya mensarikan ke dalam kalimat-kalimat lengkap. Pemahaman itu sendiri mereka ambil dari penyelidikan Alkitab yang seksama. Jadi, kita hanya dapat mengenal Allah sejauh Dia menyatakan diri-Nya.



D A F T A R    P U S T A K A

1.       Alkitab
2.      DR. R. Soedarmo, Ikthisar Dogmatika, BPK Gunung Mulia
3.      Louis Berkhof, Teologi Sistematika Doktrin Allah
4.      Pdt. DR. Daniel Ronda, Phd,  Diktat Ilmu Teologi
5.      Ezra Alfred Soru, Tritunggal yang kudus, (Bandung Lembaga Literatur Baptis, 2002)
6.      http://www.baritotimur.org/indeks.php?option=com conten&view=article&id=54&catid=13:berita




[1] Louis Berkhof, Teologi Sistematika, Doktrin Allah
[2] Pdt. DR. Daniel Ronda, P.hd, Diktat Ilmu Teologi
[3] Ezra Alfred Soru, Tritunggal Yang Kudus (Bandung: Lembaga literatur Baptis, 2002) hal 4
[4] Timothy Ware, “Allah Tritunggal Maha Kudus” www.sarapanpagi.org.
[5] Louis Berkhof, Teologi Sistematika, Doktrin Allah, Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1997
[6] Ezra Alfred Soru, Tritunggal Yang Kudus (Bandung: Lembaga literatur Baptis, 2002)
[7] Pdt. Dr. Daniel Ronda, P.hd, Diktat Ilmu Teologi; Hal 54
[9]DR. R. Soedarmo, Iktishar Dogmatika; BPK Gunung Mulia

Hubungan Antara Orangtua Dan Guru Sekolah Dalam Membangun Karakter Anak

Hubungan Antara Orangtua Dan Guru Sekolah Dalam Membangun Karakter Anak

Oleh 

S I F R A   S A H I U


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Saat ini sudah modern dalam bidang apapun dan sangat mempengaruhi kita untuk melakukan hal-hal yang mudah dilakukan tanpa kerja keras. Pada masa usia anak-anak sangat labil untuk hal seperti itu, maka hubungan antara orangtua dan guru sekolah sangat dibutuhkan dalam mengembangkan karakter mereka. Tetapi yang paling terutama adalah orangtua anak itu sendiri. Pandangan seorang anak tentang dirinya sendiri akan berkembang sesuai dengan penilaian orangtua, kakak-adik, guru dan teman-teman sebaya tentang dia. Kalau seorang anak diterima, disayangi, bahkan dibanggakan oleh anggota keluarga lainnya, ia akan merasa dirinya sebagai seorang yang berharga. Anak itu akan nampak tentram, bahagia, dan yakin akan diri sendiri. Tetapi sebaliknya, kalau seorang anak merasa dirinya tidak terima, ia mengalami banyak frustasi. Mereka  akan dapat berkesimpulan, bahwa mereka memang kurang daripada anak lain, tidak sederajat dengan mereka. Timbullah perasaan rendah diri pada masa kecilnya. Perasaan ini sulit sekali dihilangkan di kemudian hari. Banyak persoalan pada masa dewasa bersumber pada pengalaman-pengalaman di masa kanak-kanak. Pikiran yang negatif tetang dirinya sendiri sama bahaya dengan penyakit tubuh atau cacat tubuh. Mereka akan mengembangkan pandangan negatif mengenai sekitarnya yang merupakan tanda kepribadian anak itu yang ada padanya sejak kecil dan yang tidak akan berubah dalam proses perkembangan.[1]

 Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam penulisan makalah ini ialah :
1.      Apakah hubungan antara orangtua dan guru sekolah dalam  membangun karakteristik anak ?
2.      Bagaimana Sikap orangtua dan guru sekolah dalam  membangun karakteristik anak ?
Tujuan Penulisan
            Dalam penulisan makalah ini, ada tujuan yang hendak dicapai penulis yaituuntuk menjelaskan Hubungan Antara Orangtua Dan Guru Sekolah Dalam  Membangun Karakteristik Anak dalam pendidikan kristen.
  
BAB II
PEMBAHASAN
Keterangan Alkitab Tentang Anak
Rahasia sukses yang terutama dalam pelayanan rohani adalah sikap dan dasar pelayanan kita. Dalam hal itu, Yesus pernah berkata, “Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku; sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat.19:14). Yang dimaksudkan Yesus bukanlah setiap anak, melainkan golongan anak yang sudah percaya kepadaNya.
Pada kesempatan lain, Yesus juga menjelaskan, "Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.” (Mrk 9:42).
Setiap anak, yang sudah ataupun belum percaya, sangat berharga di mata Tuhan. Kalau kita mengimani Yesus, tentu kita turut merasakan suatu dorongan batiniah untuk menghiraukan anak-anak.[2]
Tujuan Pendidikan Kristen Untuk Anak
Sekarang tinggal pertanyaan: Apa yang menjadi tujuan dalam hal membimbing mereka menurut kepercayaan orang Kristen? Tujuan itu tergantung pada pandangan kita terhadap anak.
1.      Pandangan Humanisme
Jean Jaques Rousseau sebagai seorang humanis yang terpandang berpendapat, bahwa anak lahir dari tangan Allah sebagai ciptaan yang baik adanya, hanya ia dirusakkan oleh dunia sekitarnya. Karena itu pendidik yang berpegang pada teori humanisme seperti Madame Seclet-Riou* dapat merumuskan tujuan pendidikan seperti berikut: “Mengajar anak, bagaimana mereka dapat memperkembangkan segala bakat dan kecenderungan mereka secara harmonis untuk menjadi seorang yang unik, dan melalui mempergunakan kemerdekaan mereka, mereka dapat menjadi orang yang merdeka.” Tujuan ini tidak dapat diterima oleh seorang pendidik Kristen. Karena anak-anak sama sekali tidak merdeka, sebelum mereka ditebus oleh darah Tuhan Yesus. Mereka berada di bawah kuasa si jahat, dan perkemangan secara harmonis hanya dapat dicapai secara dangkal.
2.      Pandangan Alkitab
Pandangan Alkitab terhadap anak berbeda, yang seharusnya menjadi juga pandangan seorang pendidik Kristen. Kecenderungan terhadap dosa dan perbuatannya merupakan kenyataan dalam hidup setiap anak. Anak perlu diselamatkan oleh anugerah Allah, seperti dalam Yohanes 3:16.
3.      Pertobatan dan kelahiran baru dalam kehidupan seorang anak
Pertobatan merupakan jawaban manusia, baik orang dewasa maupun anak, atas Firman Tuhan itu yang mengenai hati mereka. mereka melihat dalam terang Firman Tuhan itu, bahwa mereka penuh dosa, sudah hilang jauh dari Allah. Mereka memegang dengan yakin dan iman, bahwa mereka bebas dari dosa, karena Tuhan Yesus membayar penuh, waktu Ia mati di kayu salib. Kelahiran baru terjadi ada saat, di mana Allah Tritunggal, sesudah diundang, mulai mendiami hati orang yang bertobat itu.
4.      Tujuan pendidikan Kristen untuk anak-anak
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan:
Tujuan pendidikan Kristen terhadap anak bukan supaya anak mengenal Allah dan segala perbuatanNya dalam dunia ini secara intelektual saja, juga bukan: memperkembangkan kerohanian anak, sehingga makin lama makin sempurna. Karena apa yang belum ada, belum lahir, tidak dapat diperkembangkan.[3]
Melibatkan Diri dalam Kehidupan Anak
Pada umumnya, orangtua akan lebih memerhatikan perkembangan dan kebutuhan rohani anak ketika ia masih kecil saja. Pada saat ia mulai meginjak remaja, biasanya perhatian orangtua semakin memudar. Hal itu terjadi mungkin karena mereka menganggap anak sudah dapat mandiri dan sudah tidak terlalu banyak lagi membutuhkan perhatian atau bantuan orangtua. Anggapan orangtua seperti di atas itu adalah tidak benar. Anak remaja justru sangat membutuhkan dukungan, bimbingan, kehadiran, dan perhatian orangtua. Dikala anak mendapatkan kendala dalam hidupnya tentu akan sangat baik bila ia dapat mencurahkan dan mendapatkan masukkan, saran, dan nasehat dari orangtuanya sendiri ketimbang dari teman-temannya.
Jika orangtua selalu memberikan perhatian secara aktif. Selalu berusaha melibatkan diri dalam hidup anak, misalnya mendengarkan apa yang ingin ia bicarakan, memotivasi kegiatan sekolahnya, dan membantu anak ketika ia sedang mendapatkan masalah dalam hidupnya. Maka, ketika ia mengetahui hal ini di masa depan nanti, ia akan siap pula memberikan yang terbaik kepada orangtuanya. Ia akan siap mendampingi dan memerhatikan orangtua seperti halnya orangtua telah melakukan semua itu kepadanya. Apabila orangtua mampu menunjukkan kepada anak betapa orangtua sangat mencintai dan menyayanginya, dengan selalu mengekspresikan perhatian secara mendetail terhadap kehidupan anak sejak ia masih kecil, maka hal ini akan menciptakan suatu kebiasaan intim seumur hidup yang memberikan manfaat bagi orangtua (Laura M. Ramirez, 2006).[4]
Hubungan Orangtua dan Guru Sekolah
            Orang tua dan sekolah merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan memiliki keterkaitan yang kuat satu sama lain. Terlepas dari beragamnya asumsi masyarakat, ungkapan “buah tak akan pernah jauh jatuh dari pohonnya” adalah sebuah gambaran bahwa betapa kuatnya pengaruh orang tua terhadap perkembangan anaknya.Supaya orang tua dan sekolah tidak salah dalam mendidik anak, oleh karena itu harus terjalin kerjasama yang baik di antara kedua belah pihak. Orang tua mendidik anaknya di rumah, dan di sekolah untuk mendidik anak diserahkan kepada pihak sekolah atau guru, agar berjalan dengan baik kerja sama di antara orang tua dan sekolah maka harus ada dalam suatu rel yang sama supaya bisa seiring seirama dalam memperlakukan anak, baik di rumah ataupun di sekolah, sesuai dengan kesepahaman yang telah disepakati oleh kedua belah pihak dalam memperlakukan anak.
Kalau saja dalam mendidik anak berdasarkan kemauan salah satu pihak saja misalnya pihak keluarga saja taupun pihak sekolah saja yang mendidik anak, hal ini berdasarkan beberapa pengalaman tidak akan berjalan dengan baik atau dengan kata lain usaha yang dilakukan oleh orang tua atau sekolah akan mentah lagi-mentah lagi karena ada dua rel yang harus dilalui oleh anak dan akibatnya si anak menjadi pusing mana yang harus diturut, bahkan lebih jauhnya lagi dikhawatirkan akan membentuk anak berkarakter ganda.Memang pada kenyataannya tidak mudah untuk melaksanakan kesepahaman tersebut, tetapi kalau kita berlandaskan karena rasa cinta kita kepada anak tentunya apapun akan kita lakukan, karena rasa cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat dan kemarahan menjadi rahmat. Kalau hal ini sudah dimiliki oleh kedua belah pihak, hal ini merupakan modal besar dalam mendidik anak. Setiap kejadian yang terjadi, baik di rumah ataupun di sekolah hendaklah dicatat dengan baik oleh kedua belah pihak sehingga ketika ada hal yang janggal pada anak, hal ini bisa dijadikan bahan untuk mengevaluasi sejauhmana perubahan-perubahan yang dialami oleh anak, baik sifat yang jeleknya ataupun sifat yang bagusnya, sehingga di dalam penentuan langkah berikutnya bisa berkaca dari catatn-catatan yang telah dibuat oleh kedua belah pihak.
Setiap ada sesuatu hal yang dirasakan janggal pada diri anak baik di rumah ataupun di sekolah, baik orang tua ataupun guru harus sesegera mungkin untuk menanganinya dengan cara saling menginformasikan di antara orang tua dan guru, mungkin lebih lanjutnya mendiskusikannya supaya bisa lebih cepat tertangani masalah yang dihadapai oleh anak dan tidak berlarut-larut. Oleh karena itu seperti apa yang tertulis di atas bahwa orang tua dan sekolah merupakan satu kesatuan yang utuh di dalam mendidik anak, agar apa yang dicita-citakan oleh orang tua atau sekolah dapat tercapai, maka harus ada kekonsistenan dari kedua belah pihak dalam melaksanakan program-program yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.[5]
Sikap Orangtua Kepada Anak
Sikap orangtua yang menguntungkan perkembangan anak ditandai dengan pengertian, kasih sayang dan minat pada anak sebagai suatu pribadi. Anak yang merasa dirinya diterima oleh orang tuanya akan memiliki rasa tanggungjawab yang besar, aspirasinya lebih realistis, lebih ulet dan lebih mandiri dibandingkan dengan anak yang merasa dirinya ditolak oleh orangtuanya. Sikap penolakan terhadap anak, dapat berakibat buruk pada hubungan orangtua dan anak. Anak tidak lagi taat pada orangtua, segala nasehat dianggap sebagai suatu “penjara” bagi anak. Penolakan orangtua akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri. Anak akan berkembang menjadi sosok pemberontak dalam keluarga.
Penolakan orangtua akan berpengaruh juga dalam pendidikan anak. Mereka juga akan menganggap guru disekolahnya sebagai sosok yang sama dengan orang tuanya, yang selalu menolak dirinya. Dalam Kolose 3:21 dikatakan: “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” Jelas dikatakan bahwa orangtua tidak diperbolehkan untuk menyakiti hati anak-anaknya, karena itu akan menjadikan anak merasa sakit hati. Lebih parah lagi kalau anak sudah menganggap orang tuanya sebagai musuh mereka. Kalau itu terjadi, susah sekali untuk mengubah anggapan itu. Oleh karena itu, orangtua yang sudah diberi berkat keturunan oleh Tuhan tidak seharusnya menolak keberadaan anak-anak mereka. mereka harus bersyukur atas berkat yang sudah Allah berikan pada keluarga mereka.
Mengembangkan Konsep Diri Anak
            Konsep diri dapat diartikan sebagai perasaan atau pendapat tentang siapa dirinya. Konsep ini mengandung gambaran fisik maupun psikologis tentang diri sendiri. Gambaran fisik biasanya mengarah kepada penampilan anak, sedangkan psikologis lebih mengarah kepada pikiran,perasaan,dan emosi anak. Jika orang tua menginginkan anaknya bertumbuh untuk menjadi sosok yang baik, mereka harus dapat mengembangkan konsep diri positif pada anak mereka. anak yang memiliki konsep diri negatif akan memandang dirinya sebagai anak yang memiliki watak negatif lebih banyak daripada positifnya.
           
 Konsep diri negatif pada anak akan semakin berkembang jika orang tua lebih memperhatikan kesalahan, kegagalan dan kenakalan daripada keberhasilan dan kebaikannya. Anak akan tumbuh menjadi sosok yang mudah menyerah, mudah tersinggung, dan tertutup. Ada dua cara yang terbaik untuk mengembangkan konsep diri yang positf, yaitu:
a.       Membuat anak merasa bahwa orang lain menyayanginya, dan
b.      Membantu agar anak lebih merasa berhasil dalam berbagai situasi.

Orang tua yang memahami anak-anak mereka sebagai seorang pribadi dengan segala kekurangan dan kelebihannya, akan dapat membantu anak-anaknya mengembangkan konsep diri. Perlu diketahui, bahwa konsep diri positif dapat berkembang jika anak mengalaminya sendiri, bukan dengan mendengar saja. Bukan anak yang diajar tentang kasih yang mengembangkan konsep diri positif, tetapi anak yang mengalami kasihlah yang mampu mengasihi diri sendiri dan orang lain. Anak yang memiliki konsep diri positif cenderung memperoleh keberhasilan disekolahnya daripada anak yang memiliki konsep diri negatif. Mereka lebih berhasil dalam pendidikan dan pergaulan dengan teman-teman dan guru-guru mereka.[6]

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Pendidikan merupakan hal terbesar yang selalu diutamakan oleh para orang tua. Saat ini masyarakat semakin menyadari pentingnya memberikan pendidikan yang terbaik kepada anak-anak mereka sejak dini. Untuk itu orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam membimbing dan mendampingi anak dalam kehidupan keseharian anak. Sudah merupakan kewajiban para orang tua untuk menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga dapat memancing keluar potensi anak, kecerdasan dan rasa percaya diri. Dan tidak lupa memahami tahap perkembangan anak serta kebutuhan pengembangan potensi kecerdasan dari setiap tahap. Orangtua dapat memantau perkembangan kepribadian yang mencakup sikap, moral dan tingkah laku anak-anak. Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan berkomunikasi dengan wali kelas untuk mengetahui perkembangan anak di sekolah.
            Anak-anak pada masa peralihan lebih banyak membutuhkan perhatian dan kasih sayang, maka para orang tua tidak dapat menyerahkan kepercayaan seluruhnya kepada guru di sekolah, artinya orang tua harus banyak berkomunikasi dengan gurunya di sekolah begitu juga sebaliknya, hal penting dalam pendidikan adalah mendidik jiwa anak. Jiwa yang masih rapuh dan labil, kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua dapat mengakibatkan pengaruh lebih buruk lagi bagi jiwa anak. Banyaknya tindakan kriminal yang dilakukan generasi muda saat ini tidak terlepas dari kelengahan bahkan ketidakpedulian para orang tua dalam mendidik anak-anaknya.[7]


DAFTAR PUSTAKA
Dyck,Anni.Tantangan dan Kebutuhan anak.Pembinaan Anak Dan Pemuda,1982.
Heath,W.Stanley.Teologi Pendidikan Anak.Yayasan Kalam Hidup,2005.
M.Nainggolan,John.Menjadi Guru Agama Kristen.Generasi Info Media,2007.
http://salwintt.wordpress.com/artikel/109-2/peranan-orangtua-sekolah-dan-guru-dalam-mensukseskan-pendidikan/





[1]Anni Dyck,MA.Tantangan dan Kebutuhan Anak.Pembinaan Anak dan Pemuda.Hal 5-6

[2] W.Stanley Heath.Teologi Pendidikan Anak.Kalam Hidup,2005.Hal 25
[3] Ibid
[4] http://salwintt.wordpress.com/artikel/109-2/peranan-orangtua-sekolah-dan-guru-dalam-mensukseskan-pendidikan/
[5] Ibid
[6] John M.Nainggolan.Menjadi Guru Agama Kristen.Generasi Info Media,2007.Hal 93-97
[7] ibid

Selasa, 21 Oktober 2014

Disuatu Desa yang jauh di Indonesia Timur. tepatnya di desa Golo Kecamatan Sahu, Kabupaten HalBar.Propinsi Maluku Utara. Hdiuplah sepasang suami istri yang mempunyai 4 orang anak 2 orang perempuan dan 2 anak lelaki.. keempat anak ini sejak kecil sudah tidak hidup serumah lagi. mereka terpisah bagaikan anak ayam yang tidak mempunyai induk. Namun apa daya dari sinilah terbangun karakter mereka masing-masing yang penuh dengan tantangan. Hidup terpisah membuka mata mereka untuk saling mengasihi sehingga membuat mereka merasa bahwa keluarga adalah yang paling utama. saat ini tinggal sibungsu yang masih bersekolah karena ketiga kakaknya putus ditengah jalan dengan alasan yang berbeda-beda. kedua kakaknya yang pertama dan kedua sudah merantau dan tinggal di daerah orang lain. hal ini membuat sibungsu untuk menyusul kakaknya yang tertua untuk menempuh pendidikan di rantau. Pikir sibungsu kalau dia tetap tinggal diKampung maka dia tidak akan mendapat pendidikan yang wajar dikarenakan pergaulannya sehari-hari. dengan inisiatif sendiri sibungsu mencoba membujuk kedua orang tuanya untuk menyusul kakaknya dikota dan melanjutkan pendidikannya dikota.

Sibungsu yang baru saja tamat sekolah menengah pertama (smp) akhirnya mendapat restu dari orang tuanya untuk melanjutkan pendidikannya di kota tempat kakaknya yang tua bekerja. tanggal 26 Juni 2006 Akhirnya sibungsuh berangkat ke Kota yang ditujunya dengan menggunakan Kapal laut. Dengan penuh ikhlas dia dilepas oleh orang tuanya untuk berangkat kekota tersebut.Girangnya sibungsu kali ini soalnya setiap dia hendak bepergian keluar daerahnya selalu ditemani oleh sang bapak kali ini dia dibiarkan sendiri untuk pergi. dengan semangat yang membara dia nekat berangkat sendirian.Saat berada dikapal sibungsu merasa sedih karena lupa berpamitan dengan sahabat2nya yang selalu menemaninya namun sibungsu berjanji dalam hati jika dia sudah menyelesaikan pendidikannya maka dia akan kembali kekampungnya dan bertemu dengan sahabat2nya. dengan menggunakan kapal selama 3 hari 3 malam akhirnya sibungsu sampai di kota ynag ditujunya.....

Biarkan mengalir seperti Air


"Hidup butuh Masalah supaya kita tahu kita pernah Gagal.... hidup butuh Pengorbanan supaya kita tahu cara Kerja Keras... hidup butuh Air Mata supaya kita tahu Rendah Hati.... hidup butuh Tertawa supaya kita tahu Mengucap Syukur....hidup butuh Orang Lain supaya kita tahu kita Tidak Sendiri hidup butuh TUHAN agar kita lebih Kuat dalam menjalani HIDUP ini". itulah isi pesan singkat yang saya kirim ke salah satu teman dan dia memberikan balasan yang membuat saya terkejut yang isinya berbunyi "Apa kita Butuh Obat untuk BERTAHAN Hidup". sontak saya agak kaget dan membalas SMSnya saya pikir kamu lebih tahu apa jawabannya. Dia pun hanya mengatakan bahwa Tuhan itu Baik. Bertahan hidup dan mulai melakukan hal-hal baik yang Tuhan inginkan adalah yang harus kita lakukan. Tidak perlu kita pikirkan apa yang kita akan makan hari ini, apa yang akan kita pakai hari ini, dsbnya. Cobalah belajar menyerahkan semuanya sama Tuhan, cobalah nikmati harimu, biarlah hidupmu hari ini mengalir bagaikan air yang mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Ia akan selalu mencari celah untuk menembus setiap celah yang ada. dalam hidup ini banyak masalah yang akan kita hadapi, hadapi saja dengan berpikir positif tanpa menjadikannya sebuah beban. Biarkan kita serahkan sama Tuhan dan Dia akan menyelesaikannya, bagaikan air yang mencari celah untuk terus mengalir. ketika Tuhan yang bekerja maka tidak ada sesuatu yang tidak mungkin. Untuk seseorang disana percayalah dan jalanilah hidupmu bagaikan air yang mengalir, tetap semangat karena Tuhan akan mengubah segala sesuatunya menjadi lebih indah. Percayalah Tuhan Selalu baik bagi dirimu dan kita semua...

Ketika Waktu Membatasi Hidup Anda


Karya : Yonas Boky

Diambil dari Kisah nyata perjuangan seorang sahabat.
Seorang pernah bertanya kepada saya, Jika anda hanya hidup 10 hari lagi apa yang akan anda perbuat?. Dengan nada serius saya menjawab mungkin saya berdoa kepada Tuhan bahwa saya minta supaya saya bisa hidup sampai 11 hari, atau mungkin saya akan melakukan hal-hal yang baik dan membahagiakan semua orang dan minta ampun atas semua kesalahan saya supaya saya bisa hidup bersama-sama dengan Yang Kuasa. Mungkin bagi semua orang kematian adalah hal-hal yang begitu menakutkan namun bagi mereka yang mengalami hal seperti kematian bagaikan sebuah keindahan yang tidak dapat digambarkan atau diilukiskan dengan apapun. Ini yang membuat orang-orang seperti ini memiliki semangat yang kuat untuk terus berkarya selama mereka masih bisa. Tapi yang jadi pertanyaannya apakah Tuhan akan mengambil nyawa mereka ketika semangat mereka untuk bertahan hidup semakin kuat ataupun sebaliknya Tuhan akan memberikan mereka hidup lebih dari 10 hari. Bagaimana kita harus memotivasi mereka agar terus bertahan hidup ketika bayang-bayang kematian sudah didepan mereka? Bagi saya Tuhan akan memperhitungkankan semangat mereka dan membuat keadaan akan menjadi terbalik dan mereka bisa lebih lama bertahan hidup didunia ini. bagaimana kalau ada orang disekitar anda yang mengalami hal seperti ini? apa yang anda lakukan ketika mereka menceritakan keinginan atau cita-cita mereka yang belum terealisasikan? Bagiku begitu menyedihkan ketika melihat senyum mereka saat ini, senyum yang mungkin tidak akan aku lihat lagi jika maut benar2 memanggil mereka. Berat memang rasanya melepas mereka ketika mereka sudah menjadi inspirasi bagi kita dalam menjalani hidup ini, namun kita harus belajar merelakan kepergian mereka. Semua manusia juga akan mengalami kematian, namun kita tidak juga harus pasrah begitu saja. Kita perlu terus mengandalkan Tuhan agar DIA mampu merubah semua rencana yang akan terjadi.. Nikmati Hidupmu, berikanlah yang terbaik bagi Tuhan dan bagi orang-orang yang ada disekitarmu.. Ketika Maut sudah didepan kita percayalah bahwa kematian adalah kehidupan yang selanjutnya..