B A B I
P E N D A H U L U A N
A.
Latar
Belakang Masalah
Para ahli psikologi dan pendidikan anak
pada umumnya menyatakan bahwa lingkungan dan agen yang paling banyak
mempengaruhi pembentukan watak,iman dan tata nilai adalah keluarga asal (The
family of origin). Misalnya, Robert Coles mengakui bahwa “keluarga sebagai kelompok primer merupakan wadah terbentuknya watak
manusia”. Sebelum anak tumbuh
besar menjadi seorang dewasa yang mengerti dunia disekitarnya dan sebelum ia
menerima pengaruh dari teman sebaya atau guru sekolah, ia sudah terlebih dahulu
dibentuk oleh ibu dan ayahnya di dalam rumahnya, serta dipengaruhi saudara
maupun pengasuhnya. Dengan kata lain, bagi anak, keluarga dianggap sangat
berharga dan keluarga adalah pintu awal ia keluar ke dunia. Namun bagaimana kalau anak mengalami penolakan di
rumahnya? ketika anak mengalami hal seperti ini di rumah atau di lingkungannya
maka gereja harus berperan aktif untuk menolong mereka sebelum terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Pembinaan yang baik akan mampu membuat anak dalam
mengambil keputusan demi masa depannya.
Peran gereja sangat di
perlukan dalam pembinaan anak yang mengalami penolakan agar mereka tahu bahwa
masih ada orang yang peduli dengan mereka. Dengan pembinaan yang baik akan
membuat anak yang mengalami penolakan akan tahu bahwa mereka tidak pernah
ditinggalkan. mereka akan mampu melepaskan pengampunan atau mereka bisa
menerima dan mengampuni orang-orang yang menolak mereka baik itu orang tua
mereka atau orang-orang di sekitar mereka.
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini
adalah agar anak-anak yang merasa atau mengalami penolakan dari orang tua atau
lingkungan di mana mereka berada mampu bangkit dari keterpurukan serta
bagaimana gereja atau Pembina kaum muda harus turut serta ambil bagian dalam
pembinaan untuk anak-anak yang mengalami penolakan atau rijeksi. Gereja harus
tahu atau peka bahwa anak muda adalah generasi penerus harapan gereja dan
bangsa sehingga gereja harus berperan aktif dalam membina mereka.
C.
Manfaat Penulisan
Pertama, sebagai acuan bagi Pembina atau pemimpin gereja untuk terus
memperhatikan anak-anak yang mengalami rijeksi atau penolakan di rumah atau di
lingkungan mereka. Kedua, agar sebagai pembina atau gereja kita tahu peran kita
sebagai pembina atau mentor bagi mereka dalam mengambil keputusan ketika mereka
mengalami penolakan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Masa
muda adalah proses peralihan masa kanak-kanak menuju masa dewasa, suatu masa
yang menentukan perkembangan manusia di bidang emosional, moral spiritual dan
fisik. Masa muda ini adalah masa
perkembangan dan perubahan, masa goncang penuh pemberontakan. tidak jarang kita
temui banyak kaum muda kehilangan jati dirinya. dalam masa ini kaum muda memang
membutuhkan pendampingan kaum dewasa, yang bisa memahami dan melindungi mereka.[1]
banyak anak-anak mengalami Rijeksi atau penolakkan dari orang tua mereka
sendiri dan sahabat mereka sendiri sehingga mereka memutuskan untuk memberontak
dengan cara apa pun bahkan sampai kecara yang lebih ekstrem yaitu bunuh diri.
Di sini dibutuhkan seorang yang lebih dewasa secara rohani untuk memb imbing
mereka dalam menghadapi setiap tantangan yang sedang mereka hadapi. Kaum muda
membutuhkan dukungan yang lebih dari orang-orang yang peduli dengan mereka,
disinilah tugas gereja atau pembina kaum muda untuk terus mendekati mereka atau
merangkul mereka ketika mereka menghadapi rijeksi atau penolakan.
Ketika
seorang anak mengalami rijeksi atau penolakan maka sangat penting adanya pembinaan
terhadap mereka karena seorang anak atau kaum muda adalah generasi yang penting
dalam perkembangan gereja kedepan. Bila mereka dapat di bina dengan baik maka
gereja akan maju dan berkembang. Tetapi bila mereka tidak dapat di bina dengan
baik maka gereja akan mengalami kemunduran. Anak yang mengalami penolakan butuh
di bina dengan baik agar mereka tidak mudah jatuh atau tidak mudah lari ke
hal-hal yang negatif, gereja perlu mencari kegiatan yang positif untuk
anak-anak yang seperti ini. Gereja atau pembina anak atau kaum muda perlu mengkonseling
anak yang seperti ini karena mereka adalah tulang punggung atau masa depan
gereja.
1.
Pentingnya Peran Pembina
Menurut Richardson dan Raines “di masa
muda banyak orang muda menjadikan kehidupannya suatu kegagalan dan kemalangan,
karena masa mudalah kebanyakan orang mengambiil keputusan-keputusan penting
dalam hidupnya.”[2] Di
masa inilah seorang Pembina atau gereja harus berperan aktif ketika seorang
anak akan mengambil sebuah keputusan dalam hidupnya. Jika di masa ini ada anak
yang mengalami penolakan dalam keluarga atau lingkungannya di mana anak ini
berada maka ia akan mengambil keputusan yang fatal baik itu lari dari Tuhan
bahkan bisa sampai bunuh diri.
Kenyataan yang dapat kita temukan juga
bahwa anak-anak selalu mengalami kekerasan dalam keluarga itu, misalnya;
pukulan, Mendorong, Memukul, Menampar, Menjambak,
Mengguncang, Menyiram, Mencekik, Membuat pingsan, Membanting, Menikam,
Melempar. makian, ditendang, ditampar, tatkala ada juga anak yang
diperkosa oleh orang tuanya (Dalam kasus ini biasanya sang ayah yang memperkosa
anak perempuannya).[3] Hal-hal
seperti ini yang membuat seorang anak tahu bahwa dia tidak di terima oleh
lingkungannya atau keluarganya. Gereja harus peka ketika mengetahui bahwa ada
anak yang mengalami masalah, maka dari itu gereja harus melakukan tindakan nyata
yaitu turun langsung dan bersama-sama dengan anak yang mengalami masalah
penolakan atau rijeksi tersebut.
Keluarga
yang seharusnya memberikan teladan yang baik malahan mambawa dampak buruk bagi
anak atau anak mengalami penolakan di rumah.
Apabila di dalam
rumah sendiri anak sudah mengalami masalah maka tempat pelarian satu-satunya
yaitu kepada lingkungannya dan teman-teman sebayanya, “
Teman sebaya merupakan sumber yang penting dari penekanan sosial....,bahwa
oerilaku sosial semakin kuat, dipertahankan, atau dalam beberapa kasus, nyaris
dihilangkan tergantung dari reaksi yang mereka peroleh dari teman sebaya
mereka”. Ada baiknya apabila teman sebaya yang
menjadi pelariannya itu baik tapi, apabila tidak maka siap-siaplah anak-anak
itu mengalami kehancuran.[4] Oleh karena itu, gereja atau pembina anak yang ada di
gereja harus mampu melihat peluang bahwa teman sebaya adalah pelarian yang baik
bagi mereka yang mengalami masalah penolakan atau rijeksi. Maka pembina kaum
muda atau gereja haru mempersiapkan teman-teman yang sebaya yang sudah dewasa
dalam iman agar mampu membuat anak yang mengalami penolakan atau rijeksi itu
mempu terbuka dengan masalah yang sedang mereka hadapi. ketika itu juga, gereja
atau pembina remaja harus mengambil tindakan nyata dalam membantu menyembuhkan
anak yang mengalami penolakan agar mampu bangkit dari masalah yang sedang dia
hadapi.
Menurut
Raines dan Richardson W, pembinaan adalah proses perbuatan : sebuah cara
membina dalam usaha tindakan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan
berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.[5]
Oleh sebab itu gereja atau pembina kaum muda harus mampu melihat peluang untuk
membina anak untuk menjadi lebih baik agar mereka yang mengalami penolakan
tidak akan mengambil keputusan yang keliru tapi mereka akan dating kepada
Pembina mereka atau datang ke gereja untuk menyelesaikan masalah yang mereka
hadapi sehingga mereka tidak mudah goyah atau jatuh ke dalam dosa.
2.
Apa
kata Alkitab tentang Pembinaan kepada anak ?
Dalam
Ulangan 6:6-7 menekankan kepada kita tentang suatu bentuk pengajaran kepada
anak-anak. Frasa yang mengatakan “Mengajarkan berulang-ulang pada anakmu” kata mengulang disitu sendiri menurut KBBI
yaitu terus-menerus berulang; berkali-kali: meskipun sudah ~ menceritakan hal
itu, dia belum juga puas. Salah satu cara utama untuk mengungkapkan kasih
kepada Allah (Ul 6:5) ialah mempedulikan kesejahteraan rohani anak-anak kita
dan berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah. Orang-tua
bertanggung jawab untuk memberi asuhan dan didikan kepada anak mereka yang akan
mempersiapkan mereka untuk hidup berkenan kepada Allah. Yang terutama
bertanggung jawab memberikan didikan alkitabiah dan rohani kepada anak-anak
adalah keluarga, bukan gereja atau sekolah Minggu. Gereja dan sekolah Minggu
hanya membantu didikan dari orang-tua.
“Keluarga didalam PL
secara konsisten dipandang sebagai tempat utama untuk pengajaran. Setiap orang
tua dipanggila Allah untuk meneladankan Firman Allah pada anak-anak mereka.
Orang tua bukanlah sekedar praktis kehidupan sosial bagi kaum muda saja,
melainkan mereka juga harus mengajari anak-anak mereka didalam Firman Tuhan”.[6]
Pengajaran
dalam PL dapat kita temukan penekanan pada keteladanan, dimana orang tua
diharuskan untuk menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya, secara khusus
dapat kita lihat didalam kitab Amsal dimana mengutip nasihat mengenai
keteladanan (Amsal 20:7;23:26;13:20). Selain keteladanan yang ditekankan dalam
kitab amsal ada juga penakanan mengenai kedisiplinan mengenai ajaran Firman
Tuhan yang diikuti dengan hukuman yang akan terjadi apabila disiplin itu tidak
diindahkan ( Amsal 3:11-12;29:15;22:15).
Dalam
pengajaran kepada anak-anak seorang harus mempunyai tujuan yang jelas kemana
arah dari pengajarannya dan apa hasil dari semua itu yang di harapkan akan
terjadi. Salah satu tujuan yang harus dilakukan yaitu untuk membawa anak dalam
pertumbuhan iman secara baik, apabila kita dapat memenangkan seorang anak kecil
dalam imannya maka ia akan bertumbuh terus dewasa dengan iman yang telah kita
ajarkan kepada dia sejak kecil. Sasaran atau tujuan utama pertumbuhan iman
yaitu dalam 3 aspek adalah; kita ingin agar membantu anak-anak kita bertumbuh
dalam iman tiga dimensi. “ Iman tiga
dimensi adalah iman yang berakar kuat sehingga walaupun kepala kita ragu-ragu
atau hati kita goyah, iman kita tetap teguh.” Maka dari itu gereja atau pembina remaja perlu juga
bekerja sama dengan orang tua yang melakukan rijeksi atau penolakan terhadap
anak mereka dengan cara menjelaskan kepada orang tua mereka bahwa anak adalah
ciptaan Tuhan yang sangat berharga dan orang tua bertanggung jawab untuk
merawat mereka dan mendidik mereka dengan selayaknya sesuai perintah Tuhan
dalam Alkitab.
Kesimpulan
Mazm 139:23 berkata:
"Selidikilah aku ya Allah dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah
pikiran-pikiranku. Lihatlah apakah jalanku serong dan tuntunlah aku di jalan
yang kekal." Disini kita melihat pemazmur mengundang Tuhan untuk melihat
apakah jalannya serong. Nah, setiap orang harus mengundang Tuhan untuk melihat,
menilik, dan memeriksa jalannya. Dan juga harus mengundang Tuhan untuk
menuntunnya ke jalan yang benar. Yeh 11:19 mengatakan: "Aku akan
memberikan mereka hati yang lain dan Roh yang baru dalam batin mereka. Juga Aku
akan menjauhkan mereka dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan hati
yang taat."
Mengajarkan Firman Tuhan kepada anak
perlu dilakukan secara berulang-ulang, tidak bosan-bosan karena ini akan
memudahkan anak untuk mengerti apa yang kita ajarkan. Dalam pendidikan anak pun
tidak hanya dilakukan oleh salah satu pihak, yaitu orang tua tapi gereja atau
Pembina remaja perlu aktif dalam mendidik mereka. Apabila anak yang mengalami
penolakan atau rijeksi dari orang tua mereka maka kita sebagai Pembina harus
aktif dalam membina mereka. Kita perlu mengorbankan waktu, tenaga maupun
pikiran untuk menolong anak-anak yang mengalami penolakan. Di dalam mendidik
anak seharusnya bukan hanya banyak bicara tetapi sebagai Pembina atau gereja lebih
banyak meneladani atau memberikan teladan kepada anak. Jadi seandainya kita
mengajarkan Firman Tuhan, maka kita harus melakukan terlebih dahulu dan
memberikan contoh kepada anak dan ini akan lebih memudahkan dalam mengajarkan
kepada anak.
Mengajarkan Firman Tuhan secara
berulang-ulang juga bisa dilakukan dalam ibadah yaitu dengan bersama-sama
membaca Firman Tuhan. Selain, Firman Tuhan juga dapat diajarkan di luar,
misalnya pada saat di perjalanan sambil melihat ciptaan Tuhan kita sebagai
Pembina harus mengajarkan atau menceritakan Firman Tuhan, menghubungkan Firman
Tuhan dengan kehidupan nyata. Sehingga semua tujuan dari itu dapat dicapai
yaitu; anak dapat bertumbuh mencapai iman tiga dimensi “Iman dikepala, dihati
dan ditangan”.
Ketika kita mampu membimbing mereka
dengan baik maka mereka akan bangkit dari keterpurukan mereka dan mereka akan
menjadi anak yang lebih baik dan mampu melepaskan pengampunan kepada orang tua
atau orang-orang yang menolak mereka. selain itu mereka akan dapat membantu
anak-anak lain yang mengalami masalah yang sama yang mereka hadapi agar
anak-anak yang lain juga mampu bangkit. Jika anak yang mangalami penolakan
tidak mendapat teladan yang baik maka kita sebagai pembina harus mampu
memberikan teladan yang baik bagi mereka. kita harus mampu menjadikan Yesus
sebagai roll of model bagi mereka dalam hidup ini ini agar mereka tahu bahwa
Yesus begitu mengasihi mereka.
Daftar Pustaka
Alkitab
Charles
M. Shelton. Moralitas Kaum Muda Yogyakarta:
Kanisius, 1990
Raines and Richardson
W. Azas-Azas Alkitab Bagi Kaum Muda
Bandung: Kalam Hidup, 1995
Richardson
dan Raines. Asas-Asas Alkitab Bagi Kaum
Muda Bandung: Kalam Hidup, 1980
Robert J.Keeley. Menjadikan Anak-Anak Kita Bertumbuh Dalam
Iman Yogyakarta:ANDI, 2009
T.O.Ihromi. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga Jakarta:Yayasan
Obor Indonesia,1999
Shatter, social and
personality Development, Dalam Lawrence O.Richards,.Pelayanan Kepada anak-anak.
Bandung:Yayasan Kalam Hidup.2007
[1]
Charles M. Shelton, Moralitas Kaum Muda (Yogyakarta:
Kanisius, 1990),
[2] Richardson dan Raines, Asas-Asas Alkitab Bagi Kaum Muda(Bandung: Kalam Hidup, 1980),
[3] T.O.Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga (Jakarta:Yayasan Obor
Indonesia,1999),
[4] Shatter, social and personality
Development,hal 551. Dalam Lawrence O.Richards, Pelayanan Kepada anak-anak. (Bandung:Yayasan
Kalam Hidup, 2007)
[5] Raines and Richardson W, Azas-Azas Alkitab Bagi Kaum Muda(Bandung: Kalam Hidup, 1995),
[6] Robert J.Keeley. Menjadikan Anak-Anak Kita Bertumbuh Dalam
Iman (Yogyakarta:ANDI, 2009),