Kamis, 31 Maret 2016

Rijeksi

B A B   I
P E N D A H U L U A N

A.    Latar Belakang Masalah
Para ahli psikologi dan pendidikan anak pada umumnya menyatakan bahwa lingkungan dan agen yang paling banyak mempengaruhi pembentukan watak,iman dan tata nilai adalah keluarga asal (The family of origin). Misalnya, Robert Coles mengakui bahwa “keluarga sebagai kelompok primer merupakan wadah terbentuknya watak manusia”. Sebelum anak tumbuh besar menjadi seorang dewasa yang mengerti dunia disekitarnya dan sebelum ia menerima pengaruh dari teman sebaya atau guru sekolah, ia sudah terlebih dahulu dibentuk oleh ibu dan ayahnya di dalam rumahnya, serta dipengaruhi saudara maupun pengasuhnya. Dengan kata lain, bagi anak, keluarga dianggap sangat berharga dan keluarga adalah pintu awal ia keluar ke dunia. Namun bagaimana kalau anak mengalami penolakan di rumahnya? ketika anak mengalami hal seperti ini di rumah atau di lingkungannya maka gereja harus berperan aktif untuk menolong mereka sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pembinaan yang baik akan mampu membuat anak dalam mengambil keputusan demi masa depannya.
Peran gereja sangat di perlukan dalam pembinaan anak yang mengalami penolakan agar mereka tahu bahwa masih ada orang yang peduli dengan mereka. Dengan pembinaan yang baik akan membuat anak yang mengalami penolakan akan tahu bahwa mereka tidak pernah ditinggalkan. mereka akan mampu melepaskan pengampunan atau mereka bisa menerima dan mengampuni orang-orang yang menolak mereka baik itu orang tua mereka atau orang-orang di sekitar mereka.
B.     Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar anak-anak yang merasa atau mengalami penolakan dari orang tua atau lingkungan di mana mereka berada mampu bangkit dari keterpurukan serta bagaimana gereja atau Pembina kaum muda harus turut serta ambil bagian dalam pembinaan untuk anak-anak yang mengalami penolakan atau rijeksi. Gereja harus tahu atau peka bahwa anak muda adalah generasi penerus harapan gereja dan bangsa sehingga gereja harus berperan aktif dalam membina mereka.
C.    Manfaat Penulisan
Pertama, sebagai acuan bagi Pembina atau pemimpin gereja untuk terus memperhatikan anak-anak yang mengalami rijeksi atau penolakan di rumah atau di lingkungan mereka. Kedua, agar sebagai pembina atau gereja kita tahu peran kita sebagai pembina atau mentor bagi mereka dalam mengambil keputusan ketika mereka mengalami penolakan



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Masa muda adalah proses peralihan masa kanak-kanak menuju masa dewasa, suatu masa yang menentukan perkembangan manusia di bidang emosional, moral spiritual dan fisik. Masa  muda ini adalah masa perkembangan dan perubahan, masa goncang penuh pemberontakan. tidak jarang kita temui banyak kaum muda kehilangan jati dirinya. dalam masa ini kaum muda memang membutuhkan pendampingan kaum dewasa, yang bisa memahami dan melindungi mereka.[1] banyak anak-anak mengalami Rijeksi atau penolakkan dari orang tua mereka sendiri dan sahabat mereka sendiri sehingga mereka memutuskan untuk memberontak dengan cara apa pun bahkan sampai kecara yang lebih ekstrem yaitu bunuh diri. Di sini dibutuhkan seorang yang lebih dewasa secara rohani untuk memb imbing mereka dalam menghadapi setiap tantangan yang sedang mereka hadapi. Kaum muda membutuhkan dukungan yang lebih dari orang-orang yang peduli dengan mereka, disinilah tugas gereja atau pembina kaum muda untuk terus mendekati mereka atau merangkul mereka ketika mereka menghadapi rijeksi atau penolakan.
Ketika seorang anak mengalami rijeksi atau penolakan maka sangat penting adanya pembinaan terhadap mereka karena seorang anak atau kaum muda adalah generasi yang penting dalam perkembangan gereja kedepan. Bila mereka dapat di bina dengan baik maka gereja akan maju dan berkembang. Tetapi bila mereka tidak dapat di bina dengan baik maka gereja akan mengalami kemunduran. Anak yang mengalami penolakan butuh di bina dengan baik agar mereka tidak mudah jatuh atau tidak mudah lari ke hal-hal yang negatif, gereja perlu mencari kegiatan yang positif untuk anak-anak yang seperti ini. Gereja atau pembina anak atau kaum muda perlu mengkonseling anak yang seperti ini karena mereka adalah tulang punggung atau masa depan gereja.


1.      Pentingnya Peran Pembina
Menurut Richardson dan Raines “di masa muda banyak orang muda menjadikan kehidupannya suatu kegagalan dan kemalangan, karena masa mudalah kebanyakan orang mengambiil keputusan-keputusan penting dalam hidupnya.”[2] Di masa inilah seorang Pembina atau gereja harus berperan aktif ketika seorang anak akan mengambil sebuah keputusan dalam hidupnya. Jika di masa ini ada anak yang mengalami penolakan dalam keluarga atau lingkungannya di mana anak ini berada maka ia akan mengambil keputusan yang fatal baik itu lari dari Tuhan bahkan bisa sampai bunuh diri.
Kenyataan yang dapat kita temukan juga bahwa anak-anak selalu mengalami kekerasan dalam keluarga itu, misalnya; pukulan, Mendorong, Memukul, Menampar, Menjambak, Mengguncang, Menyiram, Mencekik, Membuat pingsan, Membanting, Menikam, Melempar. makian, ditendang, ditampar, tatkala ada juga anak yang diperkosa oleh orang tuanya (Dalam kasus ini biasanya sang ayah yang memperkosa anak perempuannya).[3] Hal-hal seperti ini yang membuat seorang anak tahu bahwa dia tidak di terima oleh lingkungannya atau keluarganya. Gereja harus peka ketika mengetahui bahwa ada anak yang mengalami masalah, maka dari itu gereja harus melakukan tindakan nyata yaitu turun langsung dan bersama-sama dengan anak yang mengalami masalah penolakan atau rijeksi tersebut.
                  Keluarga yang seharusnya memberikan teladan yang baik malahan mambawa dampak buruk bagi anak atau anak mengalami penolakan di rumah. Apabila di dalam rumah sendiri anak sudah mengalami masalah maka tempat pelarian satu-satunya yaitu kepada lingkungannya dan teman-teman sebayanya, “ Teman sebaya merupakan sumber yang penting dari penekanan sosial....,bahwa oerilaku sosial semakin kuat, dipertahankan, atau dalam beberapa kasus, nyaris dihilangkan tergantung dari reaksi yang mereka peroleh dari teman sebaya mereka”. Ada baiknya apabila teman sebaya yang menjadi pelariannya itu baik tapi, apabila tidak maka siap-siaplah anak-anak itu mengalami kehancuran.[4] Oleh karena itu, gereja atau pembina anak yang ada di gereja harus mampu melihat peluang bahwa teman sebaya adalah pelarian yang baik bagi mereka yang mengalami masalah penolakan atau rijeksi. Maka pembina kaum muda atau gereja haru mempersiapkan teman-teman yang sebaya yang sudah dewasa dalam iman agar mampu membuat anak yang mengalami penolakan atau rijeksi itu mempu terbuka dengan masalah yang sedang mereka hadapi. ketika itu juga, gereja atau pembina remaja harus mengambil tindakan nyata dalam membantu menyembuhkan anak yang mengalami penolakan agar mampu bangkit dari masalah yang sedang dia hadapi.
                  Menurut Raines dan Richardson W, pembinaan adalah proses perbuatan : sebuah cara membina dalam usaha tindakan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.[5] Oleh sebab itu gereja atau pembina kaum muda harus mampu melihat peluang untuk membina anak untuk menjadi lebih baik agar mereka yang mengalami penolakan tidak akan mengambil keputusan yang keliru tapi mereka akan dating kepada Pembina mereka atau datang ke gereja untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi sehingga mereka tidak mudah goyah atau jatuh ke dalam dosa.
2.      Apa kata Alkitab tentang Pembinaan kepada anak ?
Dalam Ulangan 6:6-7 menekankan kepada kita tentang suatu bentuk pengajaran kepada anak-anak. Frasa yang mengatakan “Mengajarkan berulang-ulang pada anakmu”  kata mengulang disitu sendiri menurut KBBI yaitu terus-menerus berulang; berkali-kali: meskipun sudah ~ menceritakan hal itu, dia belum juga puas. Salah satu cara utama untuk mengungkapkan kasih kepada Allah (Ul 6:5) ialah mempedulikan kesejahteraan rohani anak-anak kita dan berusaha menuntun mereka kepada hubungan yang setia dengan Allah. Orang-tua bertanggung jawab untuk memberi asuhan dan didikan kepada anak mereka yang akan mempersiapkan mereka untuk hidup berkenan kepada Allah. Yang terutama bertanggung jawab memberikan didikan alkitabiah dan rohani kepada anak-anak adalah keluarga, bukan gereja atau sekolah Minggu. Gereja dan sekolah Minggu hanya membantu didikan dari orang-tua.
“Keluarga didalam PL secara konsisten dipandang sebagai tempat utama untuk pengajaran. Setiap orang tua dipanggila Allah untuk meneladankan Firman Allah pada anak-anak mereka. Orang tua bukanlah sekedar praktis kehidupan sosial bagi kaum muda saja, melainkan mereka juga harus mengajari anak-anak mereka didalam Firman Tuhan”.[6]
Pengajaran dalam PL dapat kita temukan penekanan pada keteladanan, dimana orang tua diharuskan untuk menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya, secara khusus dapat kita lihat didalam kitab Amsal dimana mengutip nasihat mengenai keteladanan (Amsal 20:7;23:26;13:20). Selain keteladanan yang ditekankan dalam kitab amsal ada juga penakanan mengenai kedisiplinan mengenai ajaran Firman Tuhan yang diikuti dengan hukuman yang akan terjadi apabila disiplin itu tidak diindahkan ( Amsal 3:11-12;29:15;22:15).
Dalam pengajaran kepada anak-anak seorang harus mempunyai tujuan yang jelas kemana arah dari pengajarannya dan apa hasil dari semua itu yang di harapkan akan terjadi. Salah satu tujuan yang harus dilakukan yaitu untuk membawa anak dalam pertumbuhan iman secara baik, apabila kita dapat memenangkan seorang anak kecil dalam imannya maka ia akan bertumbuh terus dewasa dengan iman yang telah kita ajarkan kepada dia sejak kecil. Sasaran atau tujuan utama pertumbuhan iman yaitu dalam 3 aspek adalah; kita ingin agar membantu anak-anak kita bertumbuh dalam iman tiga dimensi. “ Iman tiga dimensi adalah iman yang berakar kuat sehingga walaupun kepala kita ragu-ragu atau hati kita goyah, iman kita tetap teguh.” Maka dari itu gereja atau pembina remaja perlu juga bekerja sama dengan orang tua yang melakukan rijeksi atau penolakan terhadap anak mereka dengan cara menjelaskan kepada orang tua mereka bahwa anak adalah ciptaan Tuhan yang sangat berharga dan orang tua bertanggung jawab untuk merawat mereka dan mendidik mereka dengan selayaknya sesuai perintah Tuhan dalam Alkitab.






Kesimpulan

            Mazm 139:23 berkata: "Selidikilah aku ya Allah dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku. Lihatlah apakah jalanku serong dan tuntunlah aku di jalan yang kekal." Disini kita melihat pemazmur mengundang Tuhan untuk melihat apakah jalannya serong. Nah, setiap orang harus mengundang Tuhan untuk melihat, menilik, dan memeriksa jalannya. Dan juga harus mengundang Tuhan untuk menuntunnya ke jalan yang benar. Yeh 11:19 mengatakan: "Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan Roh yang baru dalam batin mereka. Juga Aku akan menjauhkan mereka dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan hati yang taat."
            Mengajarkan Firman Tuhan kepada anak perlu dilakukan secara berulang-ulang, tidak bosan-bosan karena ini akan memudahkan anak untuk mengerti apa yang kita ajarkan. Dalam pendidikan anak pun tidak hanya dilakukan oleh salah satu pihak, yaitu orang tua tapi gereja atau Pembina remaja perlu aktif dalam mendidik mereka. Apabila anak yang mengalami penolakan atau rijeksi dari orang tua mereka maka kita sebagai Pembina harus aktif dalam membina mereka. Kita perlu mengorbankan waktu, tenaga maupun pikiran untuk menolong anak-anak yang mengalami penolakan. Di dalam mendidik anak seharusnya bukan hanya banyak bicara tetapi sebagai Pembina atau gereja lebih banyak meneladani atau memberikan teladan kepada anak. Jadi seandainya kita mengajarkan Firman Tuhan, maka kita harus melakukan terlebih dahulu dan memberikan contoh kepada anak dan ini akan lebih memudahkan dalam mengajarkan kepada anak.
            Mengajarkan Firman Tuhan secara berulang-ulang juga bisa dilakukan dalam ibadah yaitu dengan bersama-sama membaca Firman Tuhan. Selain, Firman Tuhan juga dapat diajarkan di luar, misalnya pada saat di perjalanan sambil melihat ciptaan Tuhan kita sebagai Pembina harus mengajarkan atau menceritakan Firman Tuhan, menghubungkan Firman Tuhan dengan kehidupan nyata. Sehingga semua tujuan dari itu dapat dicapai yaitu; anak dapat bertumbuh mencapai iman tiga dimensi “Iman dikepala, dihati dan ditangan”.
           
            Ketika kita mampu membimbing mereka dengan baik maka mereka akan bangkit dari keterpurukan mereka dan mereka akan menjadi anak yang lebih baik dan mampu melepaskan pengampunan kepada orang tua atau orang-orang yang menolak mereka. selain itu mereka akan dapat membantu anak-anak lain yang mengalami masalah yang sama yang mereka hadapi agar anak-anak yang lain juga mampu bangkit. Jika anak yang mangalami penolakan tidak mendapat teladan yang baik maka kita sebagai pembina harus mampu memberikan teladan yang baik bagi mereka. kita harus mampu menjadikan Yesus sebagai roll of model bagi mereka dalam hidup ini ini agar mereka tahu bahwa Yesus begitu mengasihi mereka.




Daftar Pustaka

Alkitab
Charles M. Shelton. Moralitas Kaum Muda Yogyakarta: Kanisius, 1990
Raines and Richardson W. Azas-Azas Alkitab Bagi Kaum Muda Bandung: Kalam Hidup, 1995
Richardson dan Raines. Asas-Asas Alkitab Bagi Kaum Muda Bandung: Kalam Hidup, 1980
Robert J.Keeley. Menjadikan Anak-Anak Kita Bertumbuh Dalam Iman Yogyakarta:ANDI, 2009
T.O.Ihromi. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,1999
Shatter, social and personality Development, Dalam Lawrence O.Richards,.Pelayanan Kepada anak-anak. Bandung:Yayasan Kalam Hidup.2007


[1] Charles M. Shelton, Moralitas Kaum Muda (Yogyakarta: Kanisius, 1990),
[2] Richardson dan Raines, Asas-Asas Alkitab Bagi Kaum Muda(Bandung: Kalam Hidup, 1980),
[3] T.O.Ihromi, Bunga Rampai Sosiologi Keluarga (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,1999),
[4] Shatter, social and personality Development,hal 551. Dalam Lawrence O.Richards, Pelayanan Kepada anak-anak. (Bandung:Yayasan Kalam Hidup, 2007)
[5] Raines and Richardson W, Azas-Azas Alkitab Bagi Kaum Muda(Bandung: Kalam Hidup, 1995),
[6] Robert J.Keeley. Menjadikan Anak-Anak Kita Bertumbuh Dalam Iman (Yogyakarta:ANDI, 2009),

Senin, 28 Maret 2016

Eksposisi surat II Korintus 2:5-11


Nama : Yonas Boky
Pendahuluan
Surat II Korintus adalah surat yang ditulis oleh Paulus dengan begitu bersemangat. Ada satu tema pokok dalam surat ini yaitu: ketergantungan pelayananan Paulus sebagai seorang Rasul. Surat ini berisi penguatan khususnya bagi para pemberita injil. Dalam suratnya, Paulus menjelaskan rahasia dari pelayanan yang benar. Kekuatan Allah akan semakin nyata dalam kelemahan manusia. Dimana ada kemuliaan dibalik penderitaan.
Penekanan penting dalam II Korintus2:5-11 yaitu mengampuni kesalahan orang, terutama yang menyebabkan kesedihan, agar iblis tidak mengambil keuntungan dari hal tersebut (11).
Struktur
Struktur dari surat II Korintus 2:5-11 terdiri dari tiga bagian besar yaitu:
1.      2:5-9    : Meminta jemaat untuk mengampuni dan menghiburkan hati orang yang mengalami kesedihan
2.      2:10     : Mengampuni seperti halnya Paulus mengampuni, karena hal itu dikehendaki Allah
3.      2:11     : Agar iblis tidak mengambil keuntungan dari hal-hal tersebut

Bentuk
            Bentuk dari surat ini adalah nasihat, paling menonjol pada ayat ke 8, Paulus menganjurkan jemaat di Korintus untuk mengampuni dan saling mengasihi (ay. 7), dalam surat ini Paulus juga mengungkapkan isi hatinya (ay. 5) tentang kesedihan yang disebabkan jemaat, bukan hati Paulus yang disedihkan, melainkan hati orang yang menyebabkan kesedihan itu sendiri.
            Surat ini juga memberi pesan kepada jemaat untuk tidak membiarkan iblis mengambil atau melihat cela terhadap hal ini (ay. 11). Dengan mengampuni dan terlebih mengasihi, kita dapat melakukan kehendak Allah (ay. 10), tidak membiarkan iblis mengambil keuntungan (ay. 11). Kesedihan yang kita sebabkan bagi orang lain, sesungguhnya dapat mengenai diri sendiri, sehingga dapat menjadi cela bagi si iblis.

Analisa
Ayat 5“Tetapi jika ada orang yang menyebabkan kesedihan, maka bukan hatiku yang disedihkannya, melainkan hati kamu sekalian, atau sekurang-kurangnya- supaya jangan aku melebih-lebihkan-, hati beberapa orang diantara kamu.”
            Paulus dalam ayat ini, ia menjelaskan bahwa kesedihan yang dialaminya disebabkan oleh seorang jemaat, dapat menjadi dukacita bagi seluruh jemaat (hati kamu sekalian), artinya kesedihan yang disebabkan oleh seseorang dapat berdampak buruk bagi banyak orang.[1] Paulus telah menaruh belas kasihan terhadap orang ini, jelas sekali karena Paulus tidak mengatakan siapa orang tersebut melainkan ia berkata “jika ada orang” dalam hal ini Paulus dapat dilihat telah mengampuni orang tersebut. Jika kita memperhatikan dalam surat ini maka kita akan mengetahui kemurahan hati Paulus yang hendak menunjukkan belas kasihan kepada orang yang bersalah.[2]
Ayat 6“bagi orang yang demikian cukuplah sudah hukuman oleh sebagian besar dari kamu.”
            Jemaat Korintus dalam hal menghadapi “seorang” ini mereka telah menegurnya. Namun bagi Paulus itu sudah cukup, karena Paulus mengerti dan lebih bersikap lemah lembut terhadap orang itu. Paulus meminta untuk tidak memberatkan hukuman orang yang bersalah dan jemaat harus menerima orang tersebut didalam persekutuan dan melupakan setiap kesalahan yang diperbuatnya.[3]
Ayat 7 “Sehingga kamu sebaliknya harus mengampuni dan menghibur dia, supaya ia jangan binasa oleh kesedihan yang terlampau berat.”
            Paulus mengetahui orang yang bersalah atau penyebab sebuah kesedihan, dan jika orang itu mendapat penghakiman dari orang-orang disekitarnya, bukan hanya perasaan bersalah yang akan ia rasakan melainkan rasa sedih yang terlampau berat, disini juga bisa dilihat Paulus telah mengetahui bahwa orang ini telah mengalami pertobatan dalam hatinya. Paulus mengetahui bahwa orang yang dihukum akan dengan mudah mendapat tekanan yang berat dan ia tidak mampu memikul beban itu.[4]
            Sebelum Paulus dapat menuntut hukuman atasnya, akan tetapi Paulus telah mengetahui orang tersebut mengalami pertobatan sehingga ia menghimbau orang-orang di jemaat Korintus untuk mengampuni terlebih menghibur orang tersebut.[5] Dengan sikap Paulus ini, dapat dilihat sifat Allah. Allah menyatakan hukuman yang berat atas orang-orang yang tidak bertobat, tetapi kemurahan dan pengasihan-Nya yang sangat besar akan nyata atas orang-orang yang bertobat dan meninggalkan dosanya.[6] Banyak hal yang kita lihat ketika orang yang jatuh ke dalam dosa dan Allah mengampuninya ketika mereka ketika mereka mengaku dan bertobat atas kesalahan yang sudah mereka perbuat.
Ayat 8 “sebab itu aku menasihatkan kamu, supaya kamu sungguh-sungguh mengasihi dia.”
            Ketika seorang yang melakukan kesalahan ini telah bertobat dan diampuni masih dapat merasakan kesedihan, sehingga ini dapat berdampak buruk baginya, sehingga Paulus menekankan kata “sungguh-sungguh” kepada jemaat di Korintus untuk mengampuni orang yang bersalah, sebagai penghiburan. Dan lewat ini kemuliaan Allah tetap dinyatakan. Paulus sadar bahwa mengampuni adalah obat terbaik untuk menyembuhkan luka hati.[7] Untuk itu Paulus meminta kepada jemaat di Korintus untuk mengampuni orang yang telah bersalah agar dia bisa dipulihkan.
Ayat 9 “Sebab justru itulah maksudnya aku menulis surat kepada kamu, yaitu untuk menguji untuk kamu, apakah kamu taat dalam segala sesuatu.”
            Paulus berbicara tentang suratnya yang pertama, yang didalamnya berisi ia meminta untuk menghukum orang yang berdosa itu (I Korintus5:13). Dalam surat yang pertama ini Paulus bermaksud untuk menguji jemaat Korintus apakah mereka taat dalam segala perkara atau tidak, namun mereka ternyata tetap taat dengan perintah Paulus.[8] Ketaatan jemaat di Korintus membawa sukacita tersendiri bagi Paulus, untuk itu Paulus meminta agar jemaat di Korintus juga taat atas permintaan Paulus yaitu mengampuni orang yang telah bersalah terhadap dirinya ini.
Ayat 10 “Sebab barangsiapa yang kamu ampuni kesalahannya, aku mengampuninya juga. Sebab jika aku mengampuni,-seandainya ada yang harus kuampuni-, maka hal itu kubuat oleh karena kamu di hadapan Kristus.”
Ketika Paulus berkata “aku mengampuninya juga”, Paulus ingin menyampaikan kepada jemaat bahwa ketika jemaat mengampuni orang yang bersalah, ia percaya kepada mereka dan ia juga mengampuni orang tersebut. Dengan meyakinkan, Paulus berkata “hal itu kubuat oleh karena kamu di hadapan Kristus.”[9]Denganhal ini seolah-olah bahwa Allah ada di depan rasul Paulus ketika ia sedang mengatakan kata-kata tersebut, hal ini bisa kita simpulkan bahwa Tuhan Allah selalu mengawasi kita atau melihat kita. Disini juga dapat dilihat bahwa pengampunan yang sesungguhnya berdasarkan pada pengampunan Allah yang telah mengampuni kita terlebih dahulu. Pengampunan yang diberikan oleh orang-orang Kristen di Korintus tentu membangkitkan pengharapan akan pengampunan Allah dalam hati orang berdosa itu. Apalagi kalau orang-orang yang mengampuni adalah orang-orang kudus.[10]
Ayat 11“Supaya iblis jangan berolah keuntungan atas kita, sebab kita tahu apa maksudnya.”
            Salah satu cara kerja iblis adalah menuduh orang-orang percaya telah berdosa sehingga membuat mereka kehilangan harapan.[11]Selain itu juga, iblis memperdayakan seseorang yang menyebabkan ia mengalami kesedihan, iblis juga ingin memberdayakan hal tersebut untuk menghancurkan kesatuan jemaat Korintus. Iblis dapat mengambil keuntungan dari kesedihan yang terlampau berat yang dirasakan oleh seorang yang bersalah, dengan kata lain ia menekannya sehingga ia dapat binasa oleh kesedihannya sendiri. Hal ini yang membuat Paulus menghimbau para jemaat untuk tidak sekedar mengampuni orang yang bersalah melainkan juga menghiburnya karena kesedihan yang dialaminya. Karena Paulus tahu siasat iblis. Paulus tidak menginginkan iblis mendapat cela sedikit pun untuk memberdayakan jemaat di Korintus, karena itu Paulus memperingati mereka agar mereka tidak mengalami perpecahan. Sebab salah satu pertahanan kita terhadap serangan iblis ialah kesadaran upaya musuh yang terus-menerus untuk beroleh keuntungan atas kita dan membuat menyimpang dari penyerahan kita kepada Kristus.[12]
Implementasi/implikasi
1.      Dalam kehidupan berjemaat terkadang kita akan diperhadapkan suatu masalah yang akan menguji iman kita lewat pemimpin mau pun orang-orang yang disekitar kita. Mengampuni setiap orang yang bersalah harus berdasarkan kasih Allah. Karena Allah selalu mengampuni setiap kesalahan kita, kita mengampuni bukan karena kita diperintah atau sedang dalam pengawasan namun melakukannya berlandaskan kasih Allah
2.      Masalah yang paling sering muncul dalam jemaat adalah perpecahan. Perpecahan ini sering muncul karena adanya seorang jemaat yang menyebabkan hal ini, namun kita sebagai umat yang percaya kepada Allah harus tetap mengampuni setiap orang yang bersalah. Setiap jemaat harus menguatkan setiap jemaat yang lemah agar mereka tidak terus jatuh kedalam dosa.
3.      Iblis senantiasa mencari cela untuk untuk memperdayakan kita, iblis ingin memanfaatkan setiap masalah kecil yang memungkinkan untuk menimbulkan masalah yang lebih besar. Sehingga kita harus waspada agar iblis tidak mengambil keuntungan dari masalah-masalah dalam jemaat.
4.      Setiap rekan atau anggota jemaat yang mengalami kesedihan terlampau berat, kita sebagai rekan harus menghiburnya agar jemaat tersebut tidak diperdayakan oleh iblis sehingga ia akan binasa oleh kesedihannya.
5.      Bagi pemimpin jemaat, kita harus tetap hidup dalam perdamaiandan kesatuan serta ketaatan.
6.      Sebagai jemaat kita harus tetap taat dalam segala perkara dan melakukan hal itu karena itulah kehendak Allah bagi kita.



Kerangka Khotbah
Thema: Pengampunan Dan Ketaatan Dalam Mempertahankan Kesatuan
1.      Ketaatan untuk mentaati firman Tuhan dalam hal mengampuni setiap orang yang bersalah (ay. 5-9)
2.      Pengampunan yang benar adalah berdasarkan pada kasih Kristus (ay. 10)
3.      Menjaga kesatuan dalam jemaat agar iblis tidak mencari keuntungan (ay. 11)



DAFTAR PUSTAKA
Alkitab
Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas, 2009
Brill,J. Wesley.Laskar Yang Dihibur Oleh Tuhan. Bandung: Kalam Hidup, 1969
Brill, J Wesley. Tafsiran Surat Korintus Kedua.Bandung: Yayasan Kalam Hidup,2003
Riedel, K. Tafsiran-Tafsiran Alkitab Surat Yang Kedua Kepada Orang Korintus.Jakarta: Badan Penerbit Kristen, 1953
Pftzner, V.C. UlasanAtas Surat 2 Korintus Kekuatan Dalam Kelemahan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997
Wiersbe,Warren W. Be Encouraged,Wheaton USA, 1987


[1] J. Wesley Brill, Laskar yang dihibur oleh Tuhan, Bandung : Kalam Hidup, 1969),
[2] J. Wesley Brill, Laskar yang dihibur oleh Tuhan, Bandung : Kalam Hidup, 1969),
[3]Ibid,
[4] K. Riedel, Surat yang kedua kepada orang korintus, bpk Jakarta 1953,
[5] Brill, J Wesley. Tafsiran Surat Korintus.Bandung: Kalam Hidup 2003)
[6] J. Wesley Brill, Laskar yang dihibur oleh Tuhan, Bandung : Kalam Hidup, 1969),
[7] Warren W. Wiersbe, Be Encouraged,Wheaton Illinois, USA, 1987)
[8] J. Wesley Brill, Laskar yang dihibur oleh Tuhan, Bandung : Kalam Hidup, 2003)
[9] Pftzner, V.C. Ulasan Atas Surat 2 Korintus Kekuatan Dalam Kelemahan. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997)
[10] J. Wesley Brill, Laskar yang dihibur oleh Tuhan, Bandung : Kalam Hidup, 1969)
[11] Warren W. Wiersbe, Be Encouraged, (Wheaton USA, 1987)
[12] Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan.(Malang : Gandum Mas, 2009)