Rabu, 26 November 2014

Analisa Konteks Kejadian 32:22-28


Nama              : Yonas Boky
Jurusan          : PAK
Mata kuliah   : Hermen PL

A.    Langkah Pertama : Kej 32:7-13
B.     Langkah Kedua : Kej 16:7-11; 25:23,29-34; 28:20-21; 31:11;
C.    Langkah Ketiga : Pasal 33
a.       Dalam pasal 33 terdapat keterangan Yakub bertemu dengan Esau dan dia menjadi ketakutan dan menaruh rasa hormat yang tulus disebabkan Yakub melihat muka Esau serasa ia melihat muka Allah. (33:10)
b.      Dalam pasal 33 terdapat keterangan Yakub memperoleh karunia dari Allah
c.       Dalam Pasal 33 juga menjelaskan bahwa Yakub mendirikan mezbah bagi Allah dan dinamainya Allah Israel adalah Allah
D.    Langkah Keempat : Bagian yang jauh sesudah teks dalam kitab yang sama
a.       Dalam pasal 35 terdapat keterangan Yakub kembali bertemu dengan Allah (bd 32:30), dimana Allah menyatakan kepada Yakub bahwa namanya telah diubah oleh Allah menjadi Israel (bd 32:28). Allah akan memberkati Yakub seperti yang telah dijanjikan kepada nenek moyang. (35:10).
b.      Dalam 35 penulis kitab Kejadian mencatat bahwa Allah menyatakan dirinya kepada Yakub ketika Yakub lari meninggalkan Esau.
E.     Kesimpulan :
1.      Yakub mengalami ketakutan yang luar biasa ketika hendak bertemu dengan Esau
2.      Yakub datang dan berserah diri kepada Allah untuk memohon kasih karunia yang Allah janjikan kepada nenek moyangnya Abraham dan Isak
3.      Ketika kita berjalan bersama-sama dengan Allah maka kita tidak perlu takut walaupun banyak tantangan yang akan kita hadapi tetapi Allah akan membawa kita keluar menjadi pemenang. 

Kamis, 13 November 2014

Ringkasan Buku Komunikasi Dalam Pemberitaan Injil


Yonas Boky
     Komunikasi adalah sebuah frame teori di mana komunikator menyampaikan pesan dengan menggunakan medium atau tidak kepada komunikan dan kemudian komunikan memberikan feedback kepada komunikator. Apa bila “frame komunikasi” diberi muatan apa yang hendak disampaikan oleh komunikator kepada komunikan, frame komunikasi menjadi hidup dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Misalnya, bagi orang Kristen yang hendak memberitakan Injil, isi pesan adalah berita mengenai kelahiran, kehidupan, dan karya Kristus hingga kematian-Nya dikayu salib. Dengan demikian, “frame komunikasi” menjadi komunikasi mengenai pemberitaan Injil. Jadi disebut komunikasi Kristen apabial “frame komunikasi” diisi oleh nilai-nilai Kristen berdasarkan Alkitab. Dalam komunikasi Kristen ada empat tingkatan yaitu : Pertama, tingkat Allah berkomunikasi dengan manusia Kristen, Allah sendiri yang berinisiatif menciptakan manusia, dan berkomunikasi dengan manusia. Kedua, Allah berkomunikasi dengan manusia yang belum keristen. Dalam perjanjian Lama Allah memakai bangsa Israel sebagai sarana memenangkan bangsa-bangsa didunia, dalam perjanjian baru Allah memakai inkarnasi Tuhan Yesus sebagai pintu keselamatan kekal. Ketiga, tingkatan manusia Kristen berkomunikasi dengan sesame Kristen dengan Tujuan, menyadarkan orang Kristen agar menjalankan amanat missioner yang ada dalam dirinya selain itu untuk menghibur, menasehati dan mengajar agar iman sesama Kristen dapat bertumbuh seperti Yesus Kristus. Keempat, tingkatan menusia Kristen berkomunikasi dengan menusia bukan Kristen. Orang Kristen adalah missioner, karena itu bertanggung jawab memberitakan injil kepada manusia yang belum Kristen.
     Komunikator adalah seseorang yang menyampaikan isi pernyataan kepada komuikan, dalam menyampaikan pernyataan tersebut komunikator memiliki sasaran komunikasi.  Menurut Sthepen Covey ia menyatak bahwa karakter yang harus dimiliki seorang komunikator ialah integritas, kerendahan hati, kesetiaan, pembatasan diri, keberanian, keadilan, kesabaran, kerajinan, kesederhanaan, kesopanan, dan berbuat baik. Sedangkan menurut James Engel bahwa karakter seorang komunikator Kristen ialah Obidient (ketaatan) melakukan perintah-perintah Tuhan memberitakan Injil, Credible (dapat dipercaya) , Knowledgeable (berpengetahuan), dan Goal orientated memusat pada suatu target audience. Selain itu untuk menjadi seorang komunikator Kristen harus memiliki relasi dengan Allah dan sesame. Memiliki relasi dengan Allah dapat berupa : Kepastian keselamatan, doa sebagai gaya hidup, pengembangan watak, Roh Kudus bekerja dalam dirinya. Komunikator juga harus memiliki relasi dengan dirinya karena akan menjadi kesaksian tersendiri bagi orang lain antara lain komitmen melaksanakan panggilan missioner, pemahaman Alkitab secara benar, Alkitab sebagai pedoman hidup, hidup Kudus dan mengelola diri. Sedangkan relasi komunikator dengan sesama yaitu Agape sebagai gaya hidup, dan komunikator belajar memahami konteks. Hambatan-hambatan bagi seorang komunikator ialah komunikator tidak menguasai masalah atau materi yang disampaikan, komunikator tidak supel atau kaku, komunikator belum bertobat (lahir baru), komunikator kurang menguasai Alkitab dan komunikator tidak sungguh-sungguh.  Dalam berkomunikasi ada media yang dapat digunakan seperti : surat, telpon, E-mail, selain itu bentuk saluran yang digunakan ialah media cetak, dan Media visual, media audio.
     Dalam berkomunikasi ada yang namanya Komunikan (audience) dimana komunikan dipaham sebagai seorang yang diajak berkomunikasi oleh komunikator. Komunikan menerima isi pernyataan dari komunikator. Perubahan yang terjadi pada diri komunikan (karena pesan yang disampaikan) menjadi tujuan utama bagi komunikator. Diharapkan seorang komunikator mengenali komunikan, karena keberhasilan dalam komunikasi membutuhkan pemahaman yang tepat terhadap komunikan, menurut A. Bauer fungsi komunikan ialah sebagai pengelolah informasi, sebagai perisai egonya, sebagai penyenang orang lain, sebagai pemecah masalah, sebagai anggota kelompok dan sebagai sebagai suatu system, terjadinya hambatan dari komunikan ialah kurang memperhatiakan, tidak mengerti bahasa yang digunakan, tidak tertarik baik dalam cara berpakaian, penampilan, maupun berbicara, merasa bahwa berita itu tidak menjadi sebuah kebutuhan, dan komunikator sedalam keadaan yang tidak baik. Dalam berkomunikasi juga harus adanya feedback dimana feedback ini merupakan hasil yang dicapai pesan pada sarana-sarana yang dituju.
     Dalam Alkitab tentu banyak kita temukan secara khusus dalam perjanjian lama bagaimana Allah berkomunikasi dengan manusia, komunikasi Allah merupakan tindakan Allah menjalin komunikasi dengan manusia. Dalam konteks ini bahwa komunikasi merupakan inisiatif Allah, jadi Allah yang menemukan manusia, bukan manusia menemukan Allah dapat kita temukan dalam Kej. 1:26-27; 3:8-13;) ini merupan komunikasi non verbal komunikasi yang dimulai dengan “Berfirmanlah Allah” dan model komunikasi yang Allah gunakan ialah Pertama, bahasa non Verbal. Bahasa Verbal merupakan bahasa yang menggunakan kata-kata dan kalimat, baik secara lisan maupun tulisan. Kedua ,bahasa lisan  adalah bahasa yang dinyatakan secara langsung, baik bersifat verbal maupun non verbal. Ada beberapa cara Allah berkomunikasi dalam Perjanjian Lama Allah berkomunikasi dengan Alam dan ciptaan-Nya serta beberapa bapa-bapa leluhur yang kita kenal, sedangkan dalam perjajian baru kita dapat temukan bagaimana Allah berkomunikasi dengan murid-murid dan para-para rasul. Selain itu model komunikasi yang Allah gunakan ialah komunikasi dalam wujud api dan tiang awan, Allah menggunakan sarana api dan  tiang Awan untuk berkomunikasi dengan Musa dan beberapa pemimpin bangsa Israel, sedangkan komunikasi Allah dengan Paulus menggunakan beberapa ciri-ciri dan model yang Allah gunakan ialah :suara dari surge, peranan Roh Kudus, komunikasi melalui pengelihatan, komunikasi melalui peraturan. Dan isi dari komunikasi Allah tersebut ialah, mengenai pertobatan dan panggilan Paulus, penutusan pertama, panggilan kemakedonia, panggilan memberitakan Injil ke Roma, dan panggilan memberitakan Injil kepada kaisar Roma.
     Semua Orang Kristen adalah missioner, Amanat Agung diberikan Tuhan bukan untu sekelompok orang, melainakan untuk semua orang percaya dan ini merupakan misi Allah kepada orang-orang percaya untuk pergi memberitakn Injil (Mat. 28:19-20). Oleh karena itu seorang komunikator Injil harus memiliki hubugan yang baik dengan Tuhan dan juga memiliki hubungan dengan sesamanya. Selain seorang komunikator Kristen dalam berkomunikasi merupakan usaha sadar tujuan dan bersahaja untuk membimbing dan memperlengkapi individu dan kelompok menuju kearah kedewasaan oleh karena itu tugas seorang komunikator Kristen tidaklah mudah karena harus melatih diri cara berfikir, bersikap, Beriman, dan berprilaku seperti Yesus Kristus. Selain itu seorang komunikator harus peduli. Adapun teori yang dapat digunakan dalam mengomunikasikan Injil dengan efektif ialah teori pendekatan dalam teori ini dapat kita bagi dalam beberapa bagian adalah pendekatan Doktrin, pendekatan kebutuhan, pendekatan persahabatan, Teori kontekstualitas komunikasi akan berhasil jika komunikator dan komunikan berada dalam konteks yang menyatu. Teori perubahan Paradigma, selain itu Injil dan pelayanan komunikasi personal komunikasi dari satu individu kepada individu, komunikasi ini terjadi antar dua pribadi bersifat langsung. Dalam keluarga ada komunikasi, bagaimana mengkomunikasikan Injil itu dalam keluarga kita harus mengerti bahwa anak-anak adalah objek komunikasi awal, dimana didalamnya ada saling mengasihi, dan sebagai orangtua harus bisa membangun jembatan dalam keluarga, setelah dalam keluarga mulai keluar kepada sanak saudara, kepada teman dekat, terus ketetangga dan rekan kerja. Gereja adalah sentralisasi dari komunikasi Kristen.
Pendapat saya mengenai buku ini:
     Setelah saya membaca buku komunikasi dalam pemberitaan injil ini, meneurut saya buku ini sangat baik dan masih sangat relevan bila digunakan untuk Zaman sekarang. Karena didalamnya membahas begitu banyak hal mengenai bagaimana kita berkomunikasi dengan baik secara kusus dalam kita mengabarkan injil bagi orang lain, karena salah satu hal yang dapat menarik seseorang untuk mendengarkan injil yang kita sampaikan ialah melalui cara kita berkomunikasi dengan orang tersebut. Selain itu juga yang menjadi keunggulan dari buku ini ialah buku ini juga menjelaskan mengenai apa yang menjadi sentral komunikasi kita dalam memberitakan injil dan siapa yang terlibat dalam komunikasi tersebut.
     Selain itu juga isi dari buku ini juga membahas mengenai hambatan-hambatan yang terjadi dalam komunikasi sehingga pesan yang ingin disampaikan tidak jelas, dengan informasi ini dapat membantu komunikator secara khusus pribadi saya sendiri dapat mengetahui mengapa komunikasi bisa gagal sehingga itu dapat menjadi suatu acuan untuk bisa memperbaiki lebih baik lagi secara khusus dalam berkomunikasi. Buku ini juga membahas mengenai begitu banyak mengenai komunikasi dalam Alkitab baik itu dalam perjanjian Lama maupu dalam Perjanjian baru dan dapat dikatak bahwa komunikasi itu sangatlah penting karena dapat membantu proses kelangsungan hidup semua manusia yang ada didunia ini.

Jumat, 07 November 2014

Menjadi Diri Yang Dapat Di Percaya

Yeremia 18 : 18-23

               Berbicara tentang pelayanan maka kita akan selalu mengalami masalah dan tekanan dari orang-orang sekitar kita. Hal ini pula yang dialami oleh Nabi Yeremia ketika ia melakukan pelayanannya. Kita selalu berpatokan pada panggilan Tuhan dalam kehidupan kita ketika dalam melakukan pelayanan, kita beranggapan bahwa ketika kita melakukan pelayanan berdasarkan panggilan Tuhan maka pelayanan kita akan dengan mudah dilakukan atau berhasil. Namun ketika kita menghadapi tantangan kita menganggap Tuhan meninggalkan kita dalam pelayanan yang kita lakukan sehingga kita mudah menyerah. Sehingga ketika kita melakukan pelayanan kita sealu menyuarakan sesuatu yang bisa menyenangkan para pendengar kita bukan berpusat pada patokan bagaimana kita bisa menyenangkan Tuhan. Kita terlalu terfokus bagaimana kita mudah diterima oleh manusia dan kita. Doa Nabi Yeremia dalam pasal 18 ini menghasilkan pandangan yang berbeda kepada kita. Yeremia melakukan pelayanannya berdasarkan panggilan Tuhan pada dirinya. namun pelayanan yang dia lakukan atas nama Tuhan justru membuat ia dibenci oleh banyak orang. Tugas yang Tuhan berikan kepada Nabi Yeremia memang tidak akan membuat Yeremia di puji oleh banyak orang tetapi justru ia makin dibenci oleh semua orang. Nabi Yeremia harus berusaha untuk memperingatkan kepada semua orang atas bencana atau musibah yang akan menimpa mereka ketika mereka tidak berbalik kepada Tuhan. Namun orang lebih senang hidup dalam kenyamanan yang sednag mereka rasakan tanpa memikirkan masa depan mereka tanpa memikirkan masa depan yang buruk yang akan menimpa mereka. 
         Dalam menyikapi panggilannya, Yeremia bisa saja tidak mempedulikan panggilannya. dan bisa saja melanjutkan segala kegiatan yang dimilikinya tanpa memikirkan oleh orang lain. Namun Yeremia lebih memilih untuk tetap melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang nabi Allah. Doa yang dipanjatkan oleh Nabi Yeremia dalam kitab Yeremia 18:18-23 menggambarkan bagaimana curahan hati Yeremia tentang balasan yang dia terima ketika ia berfokus pada panggilan Tuhan. Dalam pelayanan kita kedepan kita akan menemukan kenyataan-kenyataan seperti yang dialami oleh Nabi Yeremia, bagaimana ia mengalami tekanan dan penolakan dari para pendengar atau orang yang berada disekitar kita.
               Ketika kita mengalami hal itu, janganlah kita mudah menyerah. marilah kuatkan hati kita dan terus berserah kepada Tuhan. Curahkan segala sesuatau kepada Tuhan dan minta Tuhan terus berkarya dalam kehidupan kita. Seberat apapun tantangan yang akan kita hadapi percaya Tuhan akan terus bersama dengan kita. Dia akan mengizinkan beberapa tantangan untuk menguji kita agar membuat iman kita makin kuat atau makin percaya kepada-Nya. Jadilah orang yang mampu berjuang samapi akhir. Dan Tuhan akan mendapati kita tetap setia dalam melakukan tugas pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita. Amin :-)
     

Selasa, 04 November 2014

Kesaksian Jim Caviezel Aktor Pemeran Tuhan Yesus dalam Film “The Passion Of the Christ”.


Jim Caviezel adalah aktor Hollywood yang memerankan Tuhan Yesus dalam Film “The Passion Of the Christ”.
Berikut refleksi atas perannya di film itu.

JIM CAVIEZEL ADALAH SEORANG AKTOR BIASA DENGAN PERAN2 KECIL DALAM FILM2 YANG JUGA TIDAK BESAR. PERAN TERBAIK YANG PERNAH DIMILIKINYA (SEBELUM THE PASSION) ADALAH SEBUAH FILM PERANG YANG BERJUDUL “ THE THIN RED LINE”. ITUPUN HANYA SALAH SATU PERAN DARI BEGITU BANYAK AKTOR BESAR YANG BERPERAN DALAM FILM KOLOSAL ITU.
Dalam Thin Red Line, Jim berperan sebagai prajurit yang berkorban demi menolong teman-temannya yang terluka dan terkepung musuh, ia berlari memancing musuh kearah yang lain walaupun ia tahu ia akan mati, dan akhirnya musuhpun mengepung dan membunuhnya. Kharisma kebaikan, keramahan, dan rela berkorbannya ini menarik perhatian Mel Gibson, yang sedang mencari aktor yang tepat untuk memerankan konsep film yang sudah lama disimpannya, menunggu orang yang tepat untuk memerankannya.
“Saya terkejut suatu hari dikirimkan naskah sebagai peran utama dalam sebuah film besar. Belum pernah saya bermain dalam film besar apalagi sebagai peran utama. Tapi yang membuat saya lebih terkejut lagi adalah ketika tahu peran yang harus saya mainkan. Ayolah…, Dia ini Tuhan, siapa yang bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran Tuhan dan memerankannya? Mereka pasti bercanda.
Besok paginya saya mendapat sebuah telepon, “Hallo ini, Mel”. Kata suara dari telpon tersebut. “Mel siapa?”, Tanya saya bingung. Saya tidak menyangka kalau itu Mel Gibson, salah satu actor dan sutradara Hollywood yang terbesar. Mel kemudian meminta kami bertemu, dan saya menyanggupinya.
Saat kami bertemu, Mel kemudian menjelaskan panjang lebar tentang film yang akan dibuatnya. Film tentang Tuhan Yesus yang berbeda dari film2 lain yang pernah dibuat tentang Dia. Mel juga menyatakan bahwa akan sangat sulit dalam memerankan film ini, salah satunya saya harus belajar bahasa dan dialek alamik, bahasa yang digunakan pada masa itu.
Dan Mel kemudian menatap tajam saya, dan mengatakan sebuah resiko terbesar yang mungkin akan saya hadapi. Katanya bila saya memerankan film ini, mungkin akan menjadi akhir dari karir saya sebagai actor di Hollywood.
Sebagai manusia biasa saya menjadi gentar dengan resiko tersebut. Memang biasanya aktor pemeran Yesus di Hollywood, tidak akan dipakai lagi dalam film-film lain. Ditambah kemungkinan film ini akan dibenci oleh sekelompok orang Yahudi yang berpengaruh besar dalam bisnis pertunjukan di Hollywood . Sehingga habislah seluruh karir saya dalam dunia perfilman.
Dalam kesenyapan menanti keputusan saya apakah jadi bermain dalam film itu, saya katakan padanya. “Mel apakah engkau memilihku karena inisial namaku juga sama dengan Jesus Christ (Jim Caviezel), dan umurku sekarang 33 tahun, sama dengan umur Yesus Kristus saat Ia disalibkan?” Mel menggeleng setengah terperengah, terkejut, menurutnya ini menjadi agak menakutkan. Dia tidak tahu akan hal itu, ataupun terluput dari perhatiannya. Dia memilih saya murni karena peran saya di “Thin Red Line”. Baiklah Mel, aku rasa itu bukan sebuah kebetulan, ini tanda panggilanku, semua orang harus memikul salibnya. Bila ia tidak mau memikulnya maka ia akan hancur tertindih salib itu. Aku tanggung resikonya, mari kita buat film ini!
Maka saya pun ikut terjun dalam proyek film tersebut. Dalam persiapan karakter selama berbulan-bulan saya terus bertanya-tanya, dapatkah saya melakukannya? Keraguan meliputi saya sepanjang waktu. Apa yang seorang Anak Tuhan pikirkan, rasakan, dan lakukan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut membingungkan saya, karena begitu banya referensi mengenai Dia dari sudut pandang berbeda-beda.
Akhirnya hanya satu yang bisa saya lakukan, seperti yang Yesus banyak lakukan yaitu lebih banyak berdoa. Memohon tuntunanNya melakukan semua ini. Karena siapalah saya ini memerankan Dia yang begitu besar. Masa lalu saya bukan seorang yang dalam hubungan denganNya. Saya memang lahir dari keluarga Katolik yang taat, kebiasaan-kebiasaan baik dalam keluarga memang terus mengikuti dan menjadi dasar yang baik dalam diri saya.
Saya hanyalah seorang pemuda yang bermain bola basket dalam liga SMA dan kampus, yang bermimpi menjadi seorang pemain NBA yang besar. Namun cedera engkel menghentikan karir saya sebagai atlit bola basket. Saya sempat kecewa pada Tuhan, karena cedera itu, seperti hancur seluruh hidup saya.
Saya kemudian mencoba peruntungan dalam casting-casting, sebuah peran sangat kecil membawa saya pada sebuah harapan bahwa seni peran munkin menjadi jalan hidup saya. Kemudian saya mendalami seni peran dengan masuk dalam akademi seni peran, sambil sehari-hari saya terus mengejar casting.
Dan kini saya telah berada dipuncak peran saya. Benar Tuhan, Engkau yang telah merencanakan semuanya, dan membawaku sampai disini. Engkau yang mengalihkanku dari karir di bola basket, menuntunku menjadi aktor, dan membuatku sampai pada titik ini. Karena Engkau yang telah memilihku, maka apapun yang akan terjadi, terjadilah sesuai kehendakMu.
Saya tidak membayangkan tantangan film ini jauh lebih sulit dari pada bayangan saya.
Di make-up selama 8 jam setiap hari tanpa boleh bergerak dan tetap berdiri, saya adalah orang satu-satunya di lokasi syuting yang hampir tidak pernah duduk. Sungguh tersiksa menyaksikan kru yang lain duduk-duduk santai sambil minum kopi. Kostum kasar yang sangat tidak nyaman, menyebabkan gatal-gatal sepanjang hari syuting membuat saya sangat tertekan. Salib yang digunakan, diusahakan seasli mungkin seperti yang dipikul oleh Yesus saat itu. Saat mereka meletakkan salib itu dipundak saya, saya kaget dan berteriak kesakitan, mereka mengira itu akting yang sangat baik, padahal saya sungguh-sungguh terkejut. Salib itu terlalu berat, tidak mungkin orang biasa memikulnya, namun saya mencobanya dengan sekuat tenaga.
Yang terjadi kemudian setelah dicoba berjalan, bahu saya copot, dan tubuh saya tertimpa salib yang sangat berat itu. Dan sayapun melolong kesakitan, minta pertolongan. Para kru mengira itu akting yang luar biasa, mereka tidak tahu kalau saya dalam kecelakaan sebenarnya. Saat saya memulai memaki, menyumpah dan hampir pingsan karena tidak tahan dengan sakitnya, maka merekapun terkejut, sadar apa yang sesungguhnya terjadi dan segera memberikan saya perawatan medis.
Sungguh saya merasa seperti setan karena memaki dan menyumpah seperti itu, namun saya hanya manusia biasa yang tidak biasa menahannya. Saat dalam pemulihan dan penyembuhan, Mel datang pada saya. Ia bertanya apakah saya ingin melanjutkan film ini, ia berkata ia sangat mengerti kalau saya menolak untuk melanjutkan film itu. Saya bekata pada Mel, saya tidak tahu kalau salib yang dipikul Tuhan Yesus seberat dan semenyakitkan seperti itu. Tapi kalau Tuhan Yesus mau memikul salib itu bagi saya, maka saya akan sangat malu kalau tidak memikulnya walau sebagian kecil saja. Mari kita teruskan film ini. Maka mereka mengganti salib itu dengan ukuran yang lebih kecil dan dengan bahan yang lebih ringan, agar bahu saya tidak terlepas lagi, dan mengulang seluruh adegan pemikulan salib itu. Jadi yang penonton lihat didalam film itu merupakan salib yang lebih kecil dari aslinya.
Bagian syuting selanjutnya adalah bagian yang mungkin paling mengerikan, baik bagi penonton dan juga bagi saya, yaitu syuting penyambukan Yesus. Saya gemetar menghadapi adegan itu, Karena cambuk yang digunakan itu sungguhan. Sementara punggung saya hanya dilindungi papan setebal 3 cm. Suatu waktu para pemeran prajurit Roma itu mencambuk dan mengenai bagian sisi tubuh saya yang tidak terlindungi papan. Saya tersengat, berteriak kesakitan, bergulingan ditanah sambil memaki orang yang mencambuk saya. Semua kru kaget dan segera mengerubungi saya untuk memberi pertolongan.
Tapi bagian paling sulit, bahkan hampir gagal dibuat yaitu pada bagian penyaliban. Lokasi syuting di Italia sangat dingin, sedingin musim salju, para kru dan figuran harus manggunakan mantel yang sangat tebal untuk menahan dingin. Sementara saya harus telanjang dan tergantung diatas kayu salib, diatas bukit yang tertinggi disitu. Angin dari bukit itu bertiup seperti ribuan pisau menghujam tubuh saya. Saya terkena hypothermia (penyakit kedinginan yang biasa mematikan), seluruh tubuh saya lumpuh tak bisa bergerak, mulut saya gemetar bergoncang tak terkendalikan. Mereka harus menghentikan syuting, karena nyawa saya jadi taruhannya.
Semua tekanan, tantangan, kecelakaan dan penyakit membawa saya sungguh depresi. Adegan-adegan tersebut telah membawa saya kepada batas kemanusiaan saya. Dari adegan-keadegan lain semua kru hanya menonton dan menunggu saya sampai pada batas kemanusiaan saya, saat saya tidak mampu lagi baru mereka menghentikan adegan itu. Ini semua membawa saya pada batas-batas fisik dan jiwa saya sebagai manusia. Saya sungguh hampir gila dan tidak tahan dengan semua itu, sehingga seringkali saya harus lari jauh dari tempat syuting untuk berdoa. Hanya untuk berdoa, berseru pada Tuhan kalau saya tidak mampu lagi, memohon Dia agar memberi kekuatan bagi saya untuk melanjutkan semuanya ini. Saya tidak bisa, masih tidak bisa membayangkan bagaimana Yesus sendiri melalui semua itu, bagaimana menderitanya Dia. Dia bukan sekedar mati, tetapi mengalami penderitaan luar biasa yang panjang dan sangat menyakitkan, bagi fisik maupun jiwaNya.
Dan peristiwa terakhir yang merupakan mujizat dalam pembuatan film itu adalah saat saya ada diatas kayu salib. Saat itu tempat syuting mendung gelap karena badai akan datang, kilat sambung menyambung diatas kami. Tapi Mel tidak menghentikan pengambilan gambar, karena memang cuaca saat itu sedang ideal sama seperti yang seharusnya terjadi seperti yang diceritakan. Saya ketakutan tergantung diatas kayu salib itu, disamping kami ada dibukit yang tinggi, saya adalah objek yang paling tinggi, untuk dapat dihantam oleh halilintar. Baru saja saya berpikir ingin segera turun karena takut pada petir, sebuah sakit yang luar biasa menghantam saya beserta cahaya silau dan suara menggelegar sangat kencang (setan tidak senang dengan adanya pembuatan film seperti ini). Dan sayapun tidak sadarkan diri.
Yang saya tahu kemudian banyak orang yang memanggil-manggil meneriakkan nama saya, saat saya membuka mata semua kru telah berkumpul disekeliling saya, sambil berteriak-teriak “dia sadar! dia sadar!” (dalam kondisi seperti ini mustahil bagi manusia untuk bisa selamat dari hamtaman petir yang berkekuatan berjuta-juta volt kekuatan listrik, tapi perlindungan Tuhan terjadi disini).
“Apa yang telah terjadi?” Tanya saya. Mereka bercerita bahwa sebuah halilintar telah menghantam saya diatas salib itu, sehingga mereka segera menurunkan saya dari situ. Tubuh saya menghitam karena hangus, dan rambut saya berasap, berubah menjadi model Don King. Sungguh sebuah mujizat kalau saya selamat dari peristiwa itu.
Melihat dan merenungkan semua itu seringkali saya bertanya, “Tuhan, apakah Engkau menginginkan film ini dibuat? Mengapa semua kesulitan ini terjadi, apakah Engkau menginginkan film ini untuk dihentikan”? Namun saya terus berjalan, kita harus melakukan apa yang harus kita lakukan. Selama itu benar, kita harus terus melangkah. Semuanya itu adalah ujian terhadap iman kita, agar kita tetap dekat padaNya, supaya iman kita tetap kuat dalam ujian.
Orang-orang bertanya bagaimana perasaan saya saat ditempat syuting itu memerankan Yesus. Oh… itu sangat luar biasa… mengagumkan… tidak dapat saya ungkapkan dengan kata-kata. Selama syuting film itu ada sebuah hadirat Tuhan yang kuat melingkupi kami semua, seakan-akan Tuhan sendiri berada disitu, menjadi sutradara atau merasuki saya memerankan diriNya sendiri.
Itu adalah pengalaman yang tak terkatakan. Semua yang ikut terlibat dalam film itu mengalami lawatan Tuhan dan perubahan dalam hidupnya, tidak ada yang terkecuali. Pemeran salah satu prajurit Roma yang mencambuki saya itu adalah seorang muslim, setelah adegan tersebut, ia menangis dan menerima Yesus sebagai Tuhannya. Adegan itu begitu menyentuhnya. Itu sungguh luar biasa. Padahal awalnya mereka datang hanya karena untuk panggilan profesi dan pekerjaan saja, demi uang. Namun pengalaman dalam film itu mengubahkan kami semua, pengalaman yang tidak akan terlupakan.
Dan Tuhan sungguh baik, walaupun memang film itu menjadi kontroversi. Tapi ternyata ramalan bahwa karir saya berhenti tidak terbukti. Berkat Tuhan tetap mengalir dalam pekerjaan saya sebagai aktor. Walaupun saya harus memilah-milah dan membatasi tawaran peran sejak saya memerankan film ini.
Saya harap mereka yang menonton The Passion Of Jesus Christ, tidak melihat saya sebagai aktornya. Saya hanyalah manusia biasa yang bekerja sebagai aktor, jangan kemudian melihat saya dalam sebuah film lain kemudian mengaitkannya dengan peran saya dalam The Passion dan menjadi kecewa.
Tetap pandang hanya pada Yesus saja, dan jangan lihat yang lain. Sejak banyak bergumul berdoa dalam film itu, berdoa menjadi kebiasaan yang tak terpisahkan dalam hidup saya. Film itu telah menyentuh dan mengubah hidup saya, saya berharap juga hal yang sama terjadi pada hidup anda. Amin.
“TUHAN YESUS MEMBERKATI KITA SEMUA”

My Testimony



Hello, I want to tell about my testimony. Please listen well!
Before that, I want to introduce myself, my name is Yonas Boky, and I was born in Ternate on Juni 27st 1989. I have two sister, her name is Susan and Erna one brother, his name is Yames.
I became a Christian when I was 20 years old. Before, I lived a chaotic life, I didn’t know God. One day, there was a young Pastor who came to the area where I lived. He served in the church where I worshipped, he taught a lot about repentance and I felt interested about all that he said. He said “Jesus cleans all of our sin. Then I came to him, shared stories about my life and he understood what I needed. He said a lot about the way of life that is close to God. Then we prayed and I surrendered to the Lord to change my life.
On January 14th 2008, I was baptized by the pastor at the church where I whorsipped. I accepted the Lord Jesus earnestly and left all my past sins, and I had a new life because I had accepted Jesus into my heart.
I promised that I would be a servant of God who would serve Him till I died. Then I was determined to come to STT Jaffray Makassar to be a servant of God. Here I got a lot of experience : spiritual growth, character formation and friendship in God. I grateful until this day, the Lord still gives me the breath of life, so that I can stand up now.

Trust! If you surrender to God, He will change you into a new life J

J GOD BLESS YOU GUYS !! J