(Kita tidak memiliki apa-apa jika kita tidak percaya)
The Voyage of the Dawn Treader adalah film ketiga dalam serial The Chronicles of Narnia yang di angkat dari buku anak-anak karya C. S. Lewis. Dalam seri ketiga ini, Edmund yang sudah besar (Skandar Keynes) dan Lucy (Georgie Henley), yang termuda dari keempat bersaudara Pevensie, kembali ke Narnia untuk menempuh petualangan baru dan takdir dan penemuan. Anak-anak yang lebih tua, Peter dan Susan, tampil sebentar dalam cerita, tetapi sedang belajar di perguruan tinggi. Pada petualangan ini para veteran Narnia bergabung dengan sepupu mereka yang cengeng, memuakkan, dan luar biasa, mengesalkan Eustace Clarence : (Will Poulter), yangg mencuri perhatian dengan penampilan mengagumkan, dan juga penggambaran transformasi rohani terbesar dalam perjalanan imannya. Di negeri ajaib Narnia, ketiga anak itu bertemu raja Caspian (Ben Barnes) di atas kapal-kapal "Dawn Treader," dan bersama-sama mereka pergi ke tepi terjauh dari dunia Timur untuk menemukan tujuh pedang yang hilang dalam rangka untuk menyelamatkan Narnia dari "kabut hijau" jahat yang dapat menelan kapal utuh-utuh bersama awaknya, dan membawa sebagai tawanan ke Dark Island, pusat kejahatan di Narnia. Saat berlayar kepulau itu, awak "Dawn Treader" menemukan kunci untuk mengalahkan kegelapan di luar mereka adalah mengalahkaan kegelapan dalam diri mereka.
C. S. Lewis menulis Dawn Treader untuk mencerminkan perjalanan orang kristen dalam dunia yang telah jatuh ini. Dosa dan pencobaan bukan hanya sesuatu yang eksternal. Ini adalah sesuatu yang harus kita hadapi secara internal. Sebagai contoh, Lucy dicobai dengan perasaan tidak aman tentang penampilannya, menatap dirinya di cermin dan khawatir bahwa ia tidak secantik Susan. Edmund yang pemberani, selalu dalam bayangan kakaknya, Peter, menginginkan pengakuan, penghormatan, dan kekuataan.
Transformasi terbesar terlihat dalam diri Eustace. Di pulau, ia menemukan harta karun naga, kekayaan yang melebihi imajinasinya yang paling liar. Dalam keserakahan dan pencariannya akan harta karun itu, Eustace berubah menjadi naga. Itulah sifat berhala-mengubah kita menjadi hal yang kita cari. Eustace sedih melihat dirinya menjadi naga ddan ingin menjadi anak laki-laki lagi. Kita dengan watak dosa yang tidak waras, adalah naga, yang membutuhkan kasih karunia Allah untuk berubah kembali menjadi diri kita yang sejati. Eustace akhirnya berubah menjadi anak laki-laki, bukan karena ramuan ajaib atau imbalan atas tindakan Kepahlawanannya, tetapi oleh kasih karunia Aslan, sang Singa (gambaran Kristus). Meskipun ini tidak lebih dari catatan kaki sepanjang 0 detik dalam filmnya, dalam bukunya transformasi yang menggugah ini menginspirasikan kekaguman dan menunjukkan makna yang lebih dalam.
Bagian favorit saya dalam film ini dan gambaran Kristus yang paling jelas ada pada akhirnya, saat Aslan (disuarakan oleh Liam Neeson) mengucapkan selamat jalan kepada anak-anak. Lucy bertanya apakah mereka dapat bertemu Aslan tidak hanya di Narnia, tetapi di dunia kita. Aslan menjawab, Ya, tapi di sana aku punya nama lain," yang merupakan kutipan langsung dari bukunya. "Kalian harus belajar," ia melanjutkan, "Untuk mengenalku dengan nama itu. Inilah sebabnya kalian dibawah ke Narnia, agar dengan sedikit mengenalku di sini, kalian bisa mengenalku lebih baik di sana."
Apakah musim ini menjadi kemenangan? Film ini adalah kemenangan berharga yang menambahkan kekuatan bagi serialnya, memberikan tambahan rasa penasaran kemana perjalanannya akan membawa para pahlawan kita selanjutnya.
Oleh Leo Rhee
(Di kutip dari buku renungan Living Life edisi Maret 2011, hal 171-173).
(Di kutip dari buku renungan Living Life edisi Maret 2011, hal 171-173).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar